Sang Timur Masih Cari Jalan
Friday, Oct. 15, 2004 Posted: 1:40:03PM PST
Jakarta, Kompas - Kegiatan belajar-mengajar di sekolah Sang Timur Karang Tengah, Tangerang, yang terdiri atas lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Luar Biasa-C dengan jumlah siswa sekitar 2.400 orang, Rabu (13/10), terlihat berjalan normal. Sejak sekitar pukul 06.45 para siswa mulai berdatangan, meskipun jadwal pelajaran dimulai mundur dari pukul 07.00 menjadi pukul 08.00 sejak berlangsungnya aksi massa yang dilakukan dengan menembok pintu masuk kompleks sekolah pada hari Minggu (3/10) lalu.
Sampai kemarin, tembok batako setinggi dua meter di depan pintu gerbang dari Jalan Merbabu, Perumahan Departemen Keuangan itu belum juga dibuka. Akibatnya, para siswa tidak dapat melewati pintu gerbang tersebut untuk mencapai kompleks sekolah. Mereka harus memutar melewati pintu yang baru dibuka dan pintu lama di belakang areal dengan luas sekitar 27.000 meter persegi tersebut.
Pintu yang baru dibuka itu mengambil jalur Gang Pahala I yang menghubungkan langsung dengan Jalan Raden Saleh, Karang Tengah, berjarak sekitar 500 meter. Pintu kedua merupakan pintu lama yang bisa diakses melalui jalan-jalan permukiman warga di Perumahan Barata atau Kampung Bulak, Pondok Pucung.
Kedua jalan menuju sekolah tersebut sama sekali tidak bisa dilalui mobil. Kebanyakan para pengantar murid yang menggunakan mobil, terutama pengantar murid Sekolah Luar Biasa (SLB) khusus tunagrahita, itu terpaksa harus memarkirkan kendaraannya di kawasan Perumahan Metro Permata.
Selanjutnya, para murid yang diantarkan harus berjalan kaki sekitar 300 meter melintasi permukiman warga di Kampung Bulak menuju pintu lama. Jika melalui pintu baru, para murid harus berjalan kaki sekitar 40 meter melalui areal lahan kosong (eks sawah) milik warga dari Jalan Pahala I. Sebagian dari areal lahan kosong itu kini diuruk menjadi akses jalan setapak atau sepeda motor untuk memudahkan akses menuju kompleks sekolah.
Pada saat para murid berdatangan di pagi hari kemarin, Kepala Yayasan Sang Timur, Sr Theodora, terlihat berdiri di depan pintu belakang. "Kami menyambut para murid di pintu masuk sekolah agar (mereka) tetap merasakan suasana belajar yang nyaman," katanya.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 07.30, Sr Theodora menjumpai salah satu pemuka warga setempat yang aktif mengajukan protes. Ketika diwawancarai Kompas, pemuka warga yang menolak disebutkan identitasnya itu membeberkan persoalan yang dihadapi warga.
"Pada prinsipnya, warga setempat menutup pintu gerbang sekolah ini atas cedera janji pinjam-meminjam jalan. Janji meminjam saat itu hanya selama tiga bulan pada tahun 1992, pada awal sekolah ini didirikan," kata lelaki pensiunan dari Biro Hukum, Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan (Depkeu).
Menurut dia, warga tak menghendaki proses belajar-mengajar yang dikelola Yayasan Sang Timur itu kemudian terganggu. Namun, jalan menuju sekolah itu dikembalikan semestinya bukan melalui perumahan Depkeu.
KCM
|