Warga Suku Puji Misionaris Atas Berkurangnya Kejahatan Dan Kekerasan
Monday, Sep. 13, 2004 Posted: 8:18:21PM PST
Ambalal Rathwa, 55, mengatakan, ia telah menyingkirkan balas dendam serta bebannya. Bagi warga suku pedesaan di Negara Bagian Gujarat, India bagian barat, ini merupakan suatu perubahan berkat peran para misionaris Kristen.
"Mehnat" (kerja keras), bukan aktivitas jahat, kini mengisi waktunya dan telah mengangkat beban dari pikiran dan badannya, kata Ambalal kepada UCA News.
"Saya hampir tidak memikirkan hal-hal lain karena saya sibuk sepanjang hari," katanya sambil menuang susu dari sebuah kaleng ke sebuah kontainer yang lebih besar di pabrik susu yang terletak di Dediapada, desanya, 1.200 kilometer barat daya New Delhi.
Pabrik susu itu merupakan salah satu dari sejumlah program yang diluncurkan Gereja Katolik demi kemajuan warga suku di wilayah bagian selatan Gujarat.
"Kami betul-betul mengubah mentalitas kami," kata Ambalal, yang sebelumnya membantu para pembunuh bayaran melakukan aksi ilegal. "Bahkan sekarang anak-anak kami menasihati kami tentang apa yang benar dan apa yang salah," lanjut ayah dari tiga anak perempuan yang menempuh studi di sekolah-sekolah Gereja itu.
Ambalal mengakui peran Gereja dalam membantu warga suku berpikir secara positif dan mencari pekerjaan yang menjauhkan mereka dari kejahatan serta memperoleh penghasilan.
Iparnya, Ganesh Rathwa, yang sedang berdiri di dekatnya, mengangguk setuju. Ganesh mengatakan, istrinya bekerja di sebuah pusat kegiatan Gereja yang membuat piring-piring kertas. "Gaji yang layak" dari pusat kegiatan itu dan uang yang diperolehnya dari menjual susu dan sayuran "cukup untuk keluarga kami," kata Ganesh kepada UCA News.
Mereka menjelaskan suatu tren dari segelintir warga suku yang terlibat dalam kekerasan untuk mengatasi persoalan, klaim Pastor Xavier Manjooran SJ, yang memimpin sebuah pusat pengembangan warga suku di Rajpipla, 35 kilometer utara Dediapada.
Imam berusia 60 tahun itu mengatakan kepada UCA News, balas dendam disetujui oleh kelompok-kelompok komunitas yang menganggapnya "sangat sah." Bahkan hal ini mengarah pada "pembunuhan massa," lanjutnya.
Warga suku setempat menjadi "kasar, cepat marah dan tidak gampang mengampuni, dan sensitif terhadap martabat mereka," kata imam yang berkarya di pusat itu sejak 2001. Sebelumnya, imam itu berkarya bersama kelompok-kelompok kasta rendah di Gujarat selama lebih dari tiga dekade.
Rekannya, Pastor T.C. Kishore, mengatakan, program-program Gereja itu membantu warga suku desa dalam banyak cara. "Inilah pewartaan sejati," tegasnya. Program-program pengembangan Gereja di wilayah itu telah memperlihatkan bahwa klaim dari beberapa kritikus bahwa
"kami berniat melakukan konversi (perpindahan agama)" itu salah.
Banyak kaum muda kini bekerja di sebuah studio yang dikelola Serikat Yesus. Studio six-track yang terletak di Mandal, sebuah desa terpencil, itu merekam lagu-lagu warga suku secara eksklusif. Lagu-lagu dari studio itu meningkatkan nilai-nilai, termasuk perlunya perdamaian dan suatu masyarakat yang bebas dari kekerasan.
Warga suku terdiri atas 15 persen dari 50,6 juta penduduk Gujarat. Gereja telah mendirikan sejumlah pusat kegiatan di negara bagian itu, kebanyakan di wilayah-wilayah yang didominasi warga suku, tempat orang-orang Kristen menghadapi pertentangan dari kelompok-kelompok nasionalis Hindu.
Next Page: 1 | 2 |
|