Trend Pengrusakkan Sarana-Prasarana Kristiani di Asia
Thursday, Jul. 8, 2004 Posted: 10:50:58AM PST

ROMA (Zenit)-- Pengrusakkan sekolah-sekolah kristiani sudah menjadi suatu trend baru untuk menindas kebebasan agama di Asia, demikian diperingatkan seorang wartawan-imam. Pastor Bernardo Cervellera, direktur AsiaNews, menggambarkan masalah itu ketika ia menyajikan “Laporan 2004 tentang Kebebasan Agama ( “2004 Repots on Religious Freedom).. Laporan tersebut ditulis oleh perhimpunan kepausan yang bernama “Aid to the Church in Need “(Bantuan untuk Gereja yang Berkebutuhan) . Pastor Bernardo adalah seorang wartawan yang bekerjasama dengan perhimpunan tersebut
Pastor itu mengatakan: “Di daerah komunis dan di daerah-daerah yang dipengaruhi oleh fundamentalisme agama, mereka tidak lagi puas dengan menindas orang-perorangan, mereka merusakkan benda-benda dan bangunan-bangunan yang terkait dengan kebebasan agama atau beribadah”. Dan ia menambahkan, “Tentu saja, gereja-gereja dirusakkan, seperti terjadi di Indonesia, Cina dan India”.
Dan ia melanjutkan: “tetapi mereka juga merusakkan rumah-rumah orang-orang Kristiani dan terutama sekali semua sekolah-sekolah mereka. Merusakkan sekolah-sekolah adalah suatu unsur penindasan, penganiayaan, yang kini hampir mernjadi suatu trend di Cina, Hongkong, Indonesia, Nepal, India dan Pakistan.”
“Dalam hal ini, tidak hanya iman komunitas yang mereka mau diamkan, tetapi juga semua pengaruh sosial yang mungkin ditimbulkan oleh agama-agama, dan secara khusus agama Kristen. Pengrusakan dilakukan tidak hanya untuk membunuh iman, tetapi juga untuk memiskinkan, memutusasakan penduduk, supaya harapan-harapan sosial mereka makin sedikit.
Pastor Cewrvellera juga mengatakan: “ Orang-orang beragama Hindu yang memerangi sekolah-sekolah Katolik dan Protestan, mau menjaga agar orang-orang paria ( kasta terendah di India, sampah masyarakat) tetap dalam kondisi budak-budak yang bisa dikendalikan.”
”Di Indonesia”, pastor itu melanjutkan, “ Orang-orang Muslim yang membakar universitas di Ambon, tidak mau agar orang-orang Kristen bekerja dan mereka mau agar Maluku menjadi mangsa kebijakan-kebijakan dari luar”.
Pastor Cervellera juga mengungkapkan, pemerintah Hongkong, yang ditekan Beijing, menyebabkan kesulitan-kesulitan bagi otonomi sekolah-sekolah Kristen.
Diterjemahkan oleh : Patrick W.Patriwirawan - RVA (Radio Veritas Asia) - Manila
|