PDIP Sesalkan Penutupan Gereja di Bekasi Timur
FPDI-P menyesalkan masih berlangsungnya aksi pengusitran dan larangan terhadap warga sejumlah gereja di Bekasi Timur, Jawa Barat
Tuesday, Oct. 18, 2005 Posted: 10:18:04AM PST
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDI-P) DPR menyesalkan masih berlangsungnya aksi pengusitran dan larangan terhadap warga sejumlah gereja di Bekasi Timur, Jawa Barat. FPDI-P sangat menyayangkan aksi itu, karena aksi main hakim sendiri dilakukan kelompok tertentu bersama masyarakat dan dibiarkan aparat polisi.
Hal itu dikemukakan Sekretaris FPDI-P DPR, Jacobus Kamarlo Mayongpadang berkaitan dengan terjadinya pengusiran terhadap warga Gekindo, Bekasi Timur oleh kelompok orang yang menamakan diri Front Pembela Islam (FPI). Akibatnya, umat Kristiani di daerah itu harus berpindah-pindah beribadah sampai tiga kali, Suara Pembaruan memberitakan.
"Sangat menyedihkan, Pdt Anna bersama jemaatnya harus beribadah sambil jalan kaki dengan air mata, karena tidak ada tempat dan diusir sampai tiga kali. Negara ini seperti sudah tak berpemerintahan saja," tegas Jacobus.
Jacobus mendesak agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menjanjikan rasa aman dan sejahtera, bisa turun tangan menyelesaikan persoalan peribadatan tersebut. Dia juga berharap, Kapolri Jenderal Sutanto bisa menjadi pelindung bagi setiap warga negara, bukannya membiarkannya menjadi korban anarkisme.
Menurut Suara Pembaruan, sekitar 200 anggota FPI berjaga di sekitar lokasi gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Getsemane, Jati Mulia, Tambun, Bekasi, Minggu (16/10). Selain berjaga, mereka juga memasang pagar dari papan kayu untuk menutupi jalan masuk yang menuju gereja HKBP.
Saat jemaat dari gereja HKBP, Gekindo, dan GPDI mencoba mendatangi lokasi, massa langsung melarangnya. Mereka bahkan mengancam akan menghancurkan jika jemaat ketiga gereja memaksa untuk tidak mundur dari lokasi tersebut.
Kapolsek Tambun, AKP Suhandana, yang berada di tempat kejadian sempat mencoba menenangkan massa. Namun, tindakan tersebut tidak digubris oleh massa yang datang dengan berpakaian putih-putih tersebut.
Mereka malah memaksa mundur jemaat yang mencoba mendatangi lokasi gereja. "Karena bertekad tidak ingin menimbulkan keributan secara fisik, kita akhirnya memilih beribadah di jalan utama," jelas Koordinator Tim Pembela Kebebasan Beragama (TPKB), Saor Siagian SH.
Jemaat pun akhirnya beribadah di tepi jalan utama Kompleks Perumahan Jati Mulya. Lokasi ini tepatnya berada persisi di ujung jalan masuk yang menuju bangunan Gereja HKBP Getsemane.
Tidak lama setelah jemaat memulai ibadah di lokasi tersebut, massa pun kembali mendekat. Berbagai cara dilakukan mereka untuk mengganggu jalannya ibadah. "Mereka memukul-mukul besi sekadar untuk menimbulkan kegaduhan. Tapi kita akan berusaha tenang," kata Saor.
Melihat hal itu, ia bersama para pendeta lalu mengingatkan jemaat untuk tidak terpancing emosi. Mereka pun akhirnya memutuskan pindah beribadah karena suasana yang semakin memanas.
Kapolres Bekasi, AKBP Joko Hartanto, yang dihubungi Pembaruan melalui telepon menyatakan, siap memberikan jaminan keamanan kepada setiap warga yang sedang menjalankan ibadahnya. Sebab, menurut dia, ibadah adalah hak setiap warga negara. Hal ini, lanjutnya, dijamin oleh undang-undang. Oleh karena itu, polisi sebagai aparat keamanan bertugas memberikan jaminan keamanan. "Pokoknya, jangan sampai terjadi tindakan yang anarkis," ucap dia.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|