Tiga Wanita Kristiani Didakwa Memasukkan Anak-anak Muslim ke Kristiani

Mereka telah ditahan sejak 13 Mei dan sedang menunggu pemeriksaan pengadilan

Monday, Jun. 27, 2005 Posted: 5:23:01PM PST

Dr. Rebekka Zakaria, Eti Pangesti dan Ratna Bangun. (www.compassdirect.org)

Tiga wanita di Indonesia telah ditangkap dan didakwa berusaha memasukkan anak-anak Muslim ke Kekristenan, lapor Compass Direct pada tanggal 23 Juni lalu.

Dr. Rebekka Zakaria, Eti Pangesti dan Ratna Bangu dari Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD), telah ditahan sejak tanggal 13 Mei di penjara Indramayu.

Kejadian ini bermula pada tahun 2003, ketika sebuah sekolah di Babakan Jati mendekati staf gereja GKKD dan menanyakan apakah mereka dapat menetapkan sebuah program pendidikan Kristiani untuk sekolah itu.

Setelah UU pendidikan yang baru dikeluarkan pada tahun 2003, semua sekolah umum diminta untuk menyediakan pendidikan religius untuk anak-anak yang beragama minoritas di sekolah-sekolah.

Kemudian ditetapkan sebuah program bernama "Minggu Bahagia" yang dalamnya menyediakan lagu anak-anak Kristiani, permainan dan pendalaman Alkitab untuk anak-anak. Program itu dijalankan oleh Bangun dan Pangesti, dan diawasi oleh pastor mereka yaitu Zakaria.

Program itu ternyata sangat sukses, dan menarik tidak hanya bagi anak-anak Kristiani, namun juga nantinya anak-anak Muslim. Jumlah anak-anak yang menghadiri Minggu Bahagia mencapai 40 anak, yang mana diantaranya hanya 20 anak saja yang Kristiani.

Anak-anak Muslim, yang menghadiri program itu, melakukannya dengan ijin penuh dari orangtua. Masalah kemudian muncul ketika sejumlah orang Muslim memperhatikan beberapa anak-anak menyanyikan lagu-lagu Kristiani baik di sekolah maupun di rumah.

Mereka kemudian memaksa gerejaitu untuk ditutup pada bulan Desember 2004. Akan tetapi, para wanita dari gereja itu terus menjalankan program di rumah Pangesti.

Pada tanggal 26 Maret, mereka mengadakan sebuah acara tur ke Taman Mini Indonesia Indah. Selama perjalanan yang menggunakan bus itu, para anak-anak menggunakan kaus yang bertuliskan nama gereja dan sebuah logo Bintang Daud, dengan alasan agar dapat dikenali oleh para guru. Juga, salah satu anak meminta Alkitab dan kemudian diberikan.

Hal ini menyebabkan para pemimpin Islam meminta staf gereja tidak lagi membolehkan anak-anak Muslim untuk menghadiri program tersebut. Sebuah komplain juga dinyatakan dewan MUI wilayah Indramayu. Ketua MUI, K. H. Muzakir Mahmud, kemudian membuat sebuah resmi ke polisi Indramayu.

Pada tanggal 1 Mei, seorang pemimpin Islam setempat mewawancarai beberapa anak-anak dan merekam jawaban mereka di video. Ia bertanya apakah mereka kadang-kadang diberikan uang. Anak-anak itu menjawab tidak, akan tetapi, salah satu dari mereka mengatakan meminta sebuah Alkitab, yang kemudian diberikan padanya.

Hal ini kemudian menyebabkan penangkapan pada tanggal 13 Mei. Tiga orang itu dituduh telah melanggar Hukum Perlindungan Anak, Pasal 86, No. 23/2002. Jika terbukti bersalah, mereka dapat dipenjara sampai lima tahun dan didenda 1 milyar rupiah.

Pastor dan kepala dari Sinode GKKD, Edward Monijong kemudian meluncurkan sebuah kampanye untuk membebaskan para wanita itu. Ia mengontak Abdurahman Wahid, yang dikenal atas toleransinya. Ia juga menulis sebuah permintaan kepada Mahmud untuk membebaskan para wanita itu. Mahmud, berjanji untuk membatalkan kasus tersebut.

Next Page: 1 | 2 |

Sandra Pasaribu