Kongres Dunia Ucip Dibuka Dengan Konvensi Wartawan Muda
Saturday, Oct. 16, 2004 Posted: 8:00:51PM PST
BANGKOK -- Persatuan Pers Katolik Internasional (UCIP) memulai Kongres Dunia pada 10-17 Oktober di Bangkok dengan sebuah Kongres Wartawan Muda.
Sekitar 300 peserta dari 86 negara dan wilayah tengah menghadiri kongres itu. Jumlah peserta terbanyak berasal dari India -- sekitar tiga puluhan. Tema Kongres Dunia UCIP Ke-2 yang diselenggarakan di Asia itu adalah: "Tantangan Media Di Tengah Pluralisme Agama dan Budaya -- Demi Perdamaian, Keadilan, dan Suatu Tatanan Sosial Yang Baru." Kongres itu berlangsung di Sekolah Katolik Mater Dei.
Bagian pertama dari kongres itu, Konvensi Wartawan Muda se-Dunia yang digelar selama dua hari, dibuka secara resmi pada 11 Oktober dengan sebuah "lagu doa" di aula sekolah itu. Hari sebelumnya diperuntukkan bagi peserta untuk saling mengenal satu sama lain.
Dalam sambutan pembukaan 11 Oktober, Uskup Udon Thani Mgr George Yod Phimphisan, Ketua Komisi Komunikasi Sosial Katolik Thailand, mengatakan kepada 100 peserta bahwa wartawan muda itu "secara harafiah berada di garis depan, membawa berita paling terbaru dari sejumlah tempat paling berbahaya di dunia."
Dalam mengejar "pengembangan manusia yang sejati," uskup Redemptoris itu mengimbau adanya perpaduan antara "dinamika kaum muda dengan kebijaksanaan kaum tua." Kedua generasi itu "perlu saling melengkapi; mereka mestinya tidak saling berbenturan atau dipaksa tunduk terhadap senioritas."
Dengan menekankan bahwa "kemanusiaan memerlukan para wartawan yang berorientasi nilai (value-oriented journalists)," ia meminta para wartawan muda untuk "pergi melampaui berbagai batasan negara yang dikenal," membebaskan diri dari prasangka, membuka "hati dan pikiran, mata dan telinga," serta "berinteraksi dengan sejumlah besar profesional dari seluruh dunia."
Uskup Phimphisan mengatakan bahwa di Asia "dialog dan kegiatan lintas budaya dan lintas agama itu secara khusus sudah biasa dilakukan."
Sambutannya dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis, Jerman, Spanyol, dan Thai.
Uskup Agung John Foley, Ketua Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial, menyoroti pentingnya membebaskan manusia dengan mengatakan kebenaran "seperti (yang dilakukan) Yesus." Ia memberi peringatan bahwa kebenaran itu tidak selalu mudah ditemukan, dapat membingungkan, dan dapat mempermalukan penguasa.
Meskipun demikian, ia mendesak para wartawan muda: "Never, never, never tell a lie (jangan pernah mengatakan kebohongan)." Tapi, sarannya, "selidikilah untuk mengenal kebenaran itu" dan "berhati-hatilah dengan reputasi orang lain."
Juru bicara pemerintah Thailand, Jakrapob Penkair, yang juga merupakan seorang tokoh terkenal di bidang media, mengatakan, dari banyak organisasi untuk wartawan hanya sedikit yang mempromosikan etika dan nilai-nilai. Dia mengutip Paus Yohanes Paulus II dengan mengatakan, tidak ada perdamaian tanpa keadilan. Jakrapob, seorang Buddha, mengatakan, agama Buddha juga mengajarkan perdamaian dalam kaitannya dengan keadilan, serta "otonomi kehendak kita."
Mengacu pada globalisasi, ia memperingatkan bahwa "pengejaran keuntungan semaksimal mungkin sering mengorbankan orang lain." Sementara itu, "banyak dari wartawan masa kini bahkan tidak tahu tentang manusia, budaya, dan agama." Pejabat pemerintah Thailand itu mengatakan bahwa "dalam dunia global, sangatlah penting untuk berhubungan dengan agama dan budaya orang lain, gaya hidup dan pandangan yang lain, sehingga setiap orang merasa dihormati dan dihargai."
Next Page: 1 | 2 |
|