Hari Ketiga: Konferensi Misi dan Penginjilan Dunia WCC
Friday, May. 13, 2005 Posted: 1:57:31PM PST
|
Sidang Dekade untuk Mengatasi Kekerasan: Misi dan Kekerasan. (Peter Williams/ WCC) |
|
Sidang Pleno: Dekade untuk Mengatasi Kekerasan: Misi dan Kekerasan. Tinyiko Maluleke, seorang missiologist ternama dari Afrika Selatan. Viola Raheb, teolog Lutheran dan pendidik Kristiani dari Palestina. Janet Plenert, Direktur Eksekutif dari International Ministries, Gereja Mennonit Kanada. Fernando Enns, pastor dari Gereja Mennonit di Jerman dan pengajar di Institut Ekumenikal dari Universitas Heidelberg. (Peter Williams/ WCC) |
|
Diskusi mengenai isu penginjilan dan kekuasaan pada persimpangan misi dan konflik. (Peter Williams/ WCC) |
Hari kedua dari Konferensi ke 13 mengenai Misi dan Penginjilan Dunia yang diadakan oleh Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches-WCC) yang diadakan pada hari Kamis, 12 Mei 2005. Bertepatan dengan fokus pertengahan Decade to Overcome Violence (Dekade untuk Mengatasi Kekerasan) WCC (2001-2010), sebuah sidang pleno diadakan untuk membahas hubungan kompleks antara misi dan kekerasan.
Sidang itu dimulai dengan sebuah prosesi liturgi dari penayangan simbol-simbol kekerasan yang dibawa ke altar oleh kawula muda dari berbagai wilayah dan diukuti oleh sebuah presentasi audio-visual dari setengah dekade pertama dari Decade to Overcome Violence WCC. Video klip pendek itu juga menayangkan sebuah momen dimana seorang delegasi Jerman yang masih muda ke sidang Harare dari WCC tahun 1998 membuatsebuah inisiatif proposal untuk Decade to Overcome Violence.
Peserta juga mendengar kesaksian pribadi yang menyaksikan hubungan ambivalen antara misi dan kekerasan.
"Bagi kami di Kolombia [...] kekerasan (atau pedang) telah menjadi teman seperjalanan yang konstan terhadap misi (atau salib)," yang dinyatakan Alix Lozano, seorang pastor Mennonit dari Kolombia yang kesaksiannya harus dibacakan tanpa kehadirannya karena visanya untuk menghadiri konferensi itu ditolak pemerintah Kolombia.
Lozano percaya bahwa "misi" dan "kekerasan" adalah kata-kata yang hampir dapat dipertukarkan.
Setelah kesaksian, pengalaman-pengalaman seperti Lozano itu direfleksikan oleh diskusi yang dibawakan oleh Janice Love, pendidik dalam ilmu politik dan pemimpin gereja Methodist dari AS, Tinyiko Maluleke, seorang missiologis Afrika dari Afrika Selatan, Janet Plenert, Direktur Eksekutif dari International Ministries, Gereja Mennonit Kanada dan Viola Raheb, teolog Lutheran dan pendidik Kristiani dari Palestina.
"Kita tidak dapat menutup mata kita terhadap kekerasan yang diderita orang-orang selama 24 ham sehari, hari demi hari," kata Raheb.
Menggambarkan situasi dari teritori Palestina, ia mengatakan, "Tidaklah cukup bahwa gereja-gereja menamakan sebab-sebab kekerasan, tetapi mereka telah secara aktif mengacu hal itu dengan pendekatan tanpa kekerasan."
Maluleke, mengatakan kepada mereka yang berkumpul bahwa "Dekade untuk Mengatasi Kekerasan memanggil gereja-gereja untuk merasakan lagi, menjadi bersemangat mengenai isu-isu kekerasan."
Missiologist itu mengingatkan para peserta bahwa semangat ini berakar dalam fakta bahwa "Citra Tuhan menjadi terlihat saat kemanusiaan berada dibawah serangan."
Saat lilin-lilin dibawa ke panggung oleh kawula muda, pertemuan itu ditutup dengan menaruh isu-isu itu ke tangan Tuhan dengan doa, dan menyanyikan tema konferensi "Datang, Roh Kudus, sembuhkan dan damaikan."
Sandra Pasaribu
|