Kerusuhan Rasial Terjadi di Perancis
Kekerasan Terus Menjalar ke Provinsi-provinsi
Tuesday, Nov. 8, 2005 Posted: 10:57:29AM PST
Para perusuh menembak polisi dan melemparkan bom-bom bensin ke gereja, sekolah mobil, dan tempat penitipan anak di hampir 300 kota di Perancis. Kerusuhan yang memasuki malam kesebelas itu semakin memburuk dan penyebarannya terus meluas.
Menurut kepala polisi nasional Michel Gaudin, Senin, kerusuhan yang terjadi Minggu malam diwarnai dengan aksi kekerasan yang terburuk. Pemerintah Perancis dikecam atas ketidakmampuannya menghentikan kekerasan itu, walau polisi dikerahkan besar-besaran dan imbauan untuk tenang terus disampaikan.
”Gelombang kejutan telah menyebar dari Paris ke provinsi-provinsi,” kata Gaudin dalam konferensi pers di Paris.
Para perusuh kemarin membakar lebih dari 1.400 kendaraan, dan bentrokan di seluruh negeri menyebabkan 36 polisi cedera, membuat rekor sejak kerusuhan mulai 27 Oktober, kata Gaudin.
Dalam sebuah insiden paling serius, anak-anak muda di sebuah blok perumahan di Grigny, sebelah selatan Paris, menyergap polisi dengan batu, bom bensin, dan senjata api. Sepuluh petugas polisi cedera, termasuk dua petugas cedera serius oleh peluru yang ditembakkan ke leher dan kaki mereka. Seorang korban yang cedera pekan lalu, kemarin meninggal dunia karena luka-lukanya.
Semua berawal di tanggal 27 Oktober sore, ketika sejumlah remaja bermain sepak bola di Clichy-sous-Bois. Begitu melihat mobil polisi datang, kesepuluh remaja ini langsung melarikan diri dengan cara berpencar. Alasan mereka sederhana, tidak ingin diinterogasi oleh polisi.
Dua di antara remaja itu, Zyed Benna (17) dan Bouna Traore (15), menyembunyikan diri bersama seorang temannya, Muttin Altun (17), di sebuah gardu listrik. Keduanya tewas tersengat listrik, sedangkan Altun bisa diselamatkan jiwanya, namun sampai kini masih dirawat di rumah sakit.
Kepada The New York Times (7/11), Altun mengatakan mereka melarikan diri dari polisi karena malas diinterogasi, sesuatu hal yang sering mereka alami di kawasan perumahan itu. Biasanya, selain diminta menunjukkan kartu identitas, mereka bisa ditanyai sampai tiga atau empat jam di kantor polisi, dan kadang orangtua mereka harus datang ke kantor polisi sebelum mereka dibebaskan.
Menurut pihak polisi, mereka saat itu memang sedang mencari sejumlah orang yang dicurigai melakukan pencurian di Clichy- sous-Bois. Polisi telah menahan enam orang remaja dari kawasan itu.
Berita kematian Benna dan Traore menyebar dengan cepat. Kemarahan warga berpuncak melalui pembakaran mobil-mobil, pelemparan terhadap sejumlah rumah dan bangunan, vandalisasi, yang semuanya dilakukan kaum muda Clichy-sous-Bois.
Yang tidak diantisipasi oleh aparat keamanan saat itu adalah, kerusuhan di kota kecil itu menjalar menjadi sebuah ”kerusuhan nasional” di seluruh penjuru Perancis.
Sedikit sekali wilayah di Perancis yang tidak terkena, dengan kerusuhan hari Minggu malam di kota-kota Toulouse, Toulon, dan Draguignan di selatan, Strasbourg di timur, serta Nantes di barat. Pusat-pusat wisata seperti kota Blois di Lembah Loire dan Quimper di Bretagne juga terkena. Bahkan, di desa kecil Villedieu-du-Temple, 12 kilometer dari kota Montauban di selatan, enam kendaraan pos dibakar.
Next Page: 1 | 2 |
Eva N.
|