Paus Baru Merayakan Misa Publik Pertamanya, Berjanji Akan Melanjutkan Reformasi Gereja
Wednesday, Apr. 20, 2005 Posted: 7:45:58PM PST
|
Sebuah video menunjukkan Paus Benedict XVI merayakan misa di Vatikan City, Rabu, 20 April. Pemilihan kardinal Jerman itu merupakan salah satu konklaf tercepat selama satu abad, dan dilihat luas sebagai cerminan keputusan para kardinal untuk mempertahankan kelanjutan pemerintahan tegas dari pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II. REUTERS/Reuters TV |
Paus Benediktus XVI merayakan Misa publik pertamanya sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma ke 265 pada hari Rabu, 20 April, setelah konklaf tersingkat dalam satu abad yang mengirimkan sinyal bahwa gereja, yang dipenuhi dengan persoalan-persoalan abad 21, tetap ingin berpaku pada tradisi
Paus memohon bekerja untuk menyatukan semua umat Kristiani, menjangkau agama-agama lain dan meneruskan implementasi reformasi dari Konsili Vatikan II saat dia menggaris-bawahkan cita-citanya dan membuat jelas bahwa dalam masa kepausannya dengan dekat akan mengikuti jejak Paus Yohanes Paulus II.
Benediktus membuka Misa berdoa dalam bahasa Latin dan kemudian ia menjelaskan daftar prioritas utama dalam pesan yang dibacakan kepada para kardinal yang berkumpul.
Ia mengatakan “tugas utamanya” adalah bekerja tanpa ada kegagalan untuk menyatukan kembali semua umat Kristiani dan hanya sentimen saja tidaklah cukup. “Tindakan nyata yang memasuki jiwa-jiwa dan menggerakkan kesadaran diperlukan,” katanya.
Paus yang baru itu mengatakan ia ingin melanjutkan “sebuah dialog yang terbuka dan jujur” dengan agama-agama lain dan akan melakukan apa saja dalam kekuasannya untuk meningkatkan upaya ekumenikal.
Menurut Assoaciated Press (AP), pesan itu menunjukkan bahwa Benediktus bermaksud mengikuti banyak terobosan yang dilakukan Yohanes Paulus yang telah melakukan jangkauan kepada agama-agama lain dan berusaha menyembuhkan 1.000 tahun keretakan dalam Kekristenan menjadi tanda dari kepausannya.
Benediktus menyebut pendahulunya beberapa kali dalam pesannya, termasuk menyebutkan kehendak terakhir Yohanes Paulus yang berharap generasi yang baru akan menarik pekerjaan dari pertemuan Konsili Vatikan ke II yang memodernisasi gereja.
Pelaksana garis keras ortodoksi gereja di bawah Yohanes Paulus II selama 26 tahun, Benediktus menjadi salah satu favorit untuk dipilih menjadi paus. Ia muncul sebagai salah satu paus tertua yang terpilih dalam masa 275 tahun dan paus Jerman pertama dalam masa hampir satu milenium. Menurut AP, umurnya merupakan faktor jelas diantara para kardinal yang memfavoritkan paus “transisi” yang dapat dengan ahli memimpin gereja, daripada memilih kardinal lebih muda yang dapat memimpin satu lagi kepausan yang lama.
Dalam perkataan pertamanya sebagai paus yang disampaikan dari balkon yang memperlihatkan Lapangan St. Peter, Benediktus mengucapkan penghormatan kepada “Yohanes Paulus II yang hebat.” Ia menyebut dirinya sendiri sebagai, “seorang yang sederhana, pekerja yang rendah hati di kebun anggur Tuhan.”
Benediktus mengatakan apda hari Rabu bahwa ia merasakan kehadiran Yohanes Paulus saat dia bergumul dengan dua emosi yang berkonflik: rasa syukur kepada Tuhan untuk karunia menjadi paus tetapi juga rasa “ketidak-mampuan” dalam membawa tanggung-jawab itu.”
“Saya tampak merasa tangannya yang kuat memegang (tangan) saya. Saya merasa saya melihat matanya yang tersenyum dan mendengar perkatannya, yang pada momen ini terutama ditujukan kepada saya: 'Jangan takut.'
Sandra Pasaribu
|