Jenasah Paus Yohanes Paulus II Dibaringkan di Basilika St.Peter, Jumat akan Dimakamkan

Tuesday, Apr. 5, 2005 Posted: 11:42:59AM PST

Para pembawa tandu (atas) membawa tubuh dari Paus Yohanes Paulus II melewati kerumunan yang memadati Lapangan Saint Peter dalam rutenya ke Basilika di Vatikan 4 April, 2005. (Foto: Pool/Reuters). Puluhan ribu orang berdiri dalam barisan (bawah) sepanjang yang dapat dilihat oleh mata untuk melihat sekilas terakhir tubuh Paus Yohanes Paulus II. (Foto: Dylan Martinez/Reuters)

Grafik menunjukkan peristiwa mendatang dalam proses pemakaman Paus Yohanes Paulus II sampai pemilihan paus baru. (AP Graphic)

Para kardinal Katolik Roma berkumpul untuk pertama kalinya pada 4 April 2005, sejak wafatnya Paus, untuk mengatur pemakaman yang akan menarik arus penziarahan paling besar dalam sejarah Vatikan. (Foto: REUTERS/Osservatore Romano/Pool)

Jenazah Paus Yohanes Paulus II dipindahkan ke Sala Bologna, Basilika St Peter, untuk memberikan kesempatan kepada khalayak umum menyaksikan Paus untuk terakhir kalinya. Di tempat itulah jenazah Paus disemayamkan hingga pemakaman yang akan dilangsungkan pada hari Jumat, 8 April, di ruang bawah tanah Basilika St Peter, Vatikan. Demikian pernyataan resmi yang dikeluarkan pihak Tahta Suci pada hari Senin.

Sebelum pemakaman dilaksanakan, akan diselenggarakan misa penguburan di Basilika St Peter pada Jumat pukul 10.00 waktu Vatikan atau Jumat pukul 15.00 WIB.

Sama seperti dalam kehidupannya dia selalu berada dalam pandangan publik, seluruh dunia tampaknya datang untuk memberikan penghormatan terakhir padanya.

Puluhan ribu orang masuk kedalam Basilika St Peter untuk melihat jenasahnya setelah Vatikan membuka pintu basilika pada hari Senin malam. Dan para kardinal berdekrit bahwa ia akan dibaringkan untuk tinggal dalam penglihatan selama tiga hari dan tiga malam, sampai penguburannya di ruang bawah tanah basilika.

Berpakaian jubah putih dan merah, Paus meninggalkan Istana Apostolik untuk yang terakhir kalinya pada hari Senin, dibawa melalui suatu tandu beludru merah melalui jalan Vatikan menuju Lapangan St. Peter yang penuh dipadati pelayat, menuju basilika yang luas.

Kematiannya telah membawa para Kardinal bergegas ke Roma, dan merekalah yang harus memilih pengganti saat mereka dipanggil menuju konklaf yang direncanakan tidak lebih cepat dari 17 April.

Para Kardinal bertemu pada hari Senin untuk mendiskusikan detail final pemakaman dan bersumpah untuk mempertahankan kerahasiaan ketat mengenai "semua hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan Paus Roma."

Akan tetapi, sebelum menghilang ke tembok-tembok Vatikan, banyak dari antara mereka yang secara terbuka mendiskusikan orang seperti apa yang mereka pikir diperlukan untuk mengambil alih Gereja setelah berada dibawah pemerintahan Yohanes Paulus II selama 26 tahun.

Beberapa mengatakan mereka akan menerima pemimpin dari dunia berkembang; yang lain mengatakan, pemimpin berikutnya dari 1,1 milyar umat Katolik di dunia haruslah seorang konservatif doktrinal seperti Yohanes Paulus II.

Satu hal yang jelas -- tidak ada favorit yang tampak.

"Saya rasa ini akan menjadi konklaf yang sulit. Tidak ada orang yang telah muncul yang sudah papabile," kata Kardinal Polandia, Zenon Grocholewski, menggunakan istilah Italia untuk kandidat paus yang dikehendaki.

Pemerintah Italia memperkirakan sekitar 2 juta umat Katolik akan menghadiri upacara pemakaman Paus Yohanes Paulus II.

Upacara pemakaman juga akan dihadiri sekitar 200 raja, kepala negara dan pemerintahan dan menteri dari seluruh dunia untuk menghormati seorang yang berjasa meruntuhkan Tirai Besi dan menempelkan ortodoks yang sungguh-sungguh dalam imannya.

"Istirahatlah dalam damai pejuang persahabatan diantara teman, musuh perang, dan sahabat dari orang-orang miskin," tulis Presiden Kuba, Fidel Castro dalam buku komentar di kedutaan Vatikan di Havana.

Tidak jelas apakah Castro akan menghadiri pemakaman itu, tetapi banyak pemimpin dunia telah mensinyalkan kedatangan mereka, termasuk Presiden Bush yang akan menjadi presiden pertama yang hadir, Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, Sekjen PBB Kofi Annan dan Presiden Syria Bashar al-Assad.

Next Page: 1 | 2 |

Sandra Pasaribu