Kata Paus: Berdiam Diri Dalam Keheningan Adalah Alam di Mana Orang Bisa Mendengarkan Tuhan Allah
Tuesday, Jul. 13, 2004 Posted: 12:39:08AM PST
LES COMBES, Italia, 11 Juli 2004 (Zenit, AFP) -- Ketika sedang berlibur di tengah-tengah hutan dan puncak-puncak pegunungan Alpen, Paus Yohanes Paulus II menekankan perlunya keheningan sebagai suasana di mana orang bisa bertemu dengan Tuhan Allah.
Paus dengan kulit yang agak kehitaman karena panas matahari, memberikan pesan tersebut kepada sekitar 5,000 peziarah yang bertemu dan mendoakan Angelus bersama beliau hari Minggu (11/7) kemarin di desa Les Combes, di Valle d’Aosta, di mana beliau berlibur selama 12 hari.
Melalui pengeras suara yang dipasang di sebuah ladang, Paus Yohanes Paulus II hari Minggu (11/7) menjelaskan keutamaan “berdiam diri” (silentium) dengan lebih kurang seratus kata-kata. Dengan memindahkan pesan doa Angelus hari Minggu tengah hari yang biasa beliau sampaikan di Lapangan St.Petrus di Roma ke lembah pegunungan Alpen yang sunyi, Paus mengatakan bahwa masyarakat moderen menawarkan sedikit waktu senggang dan selingan untuk berdiam diri untuk merenung dan berdoa.
“Di oase ketenangan, di hadapan pertunjukkan alam yang mengagumkan, orang dengan mudah merasakan, mengalami betapa manfaatnya keheningan, suatu nilai yang makin langka dewasa ini,” ujar Bapak Suci. "Banyaknya peluang-peluang untuk berhubungan dan informasi yang masyarakat moderen tawarkan, kadang-kadang beresiko merampas waktu untuk rekoleksi, sampai-sampai orang tidak bisa merenung dan berdoa,” Paus menambahkan.
"Dalam kenyataannya, hanya dalam keheningan orang sungguh-sungguh berhasil mendengarkan di lubuk hatinuraninya suara Allah, yang sungguh-sungguh membuat orang itu bebas,” kata Paus. “Dan liburan bisa membantu orang untuk menemukan kembali dan membudidayakan dimensi bagian dalam kehidupan manusiawi yang sangat diperlukan,” demikian dijelaskan oleh Paus Paulus II dari tempat pegunungan yang letaknya kira-kira 1.500 meter di atas permukaan laut.
Paus berbicara dengan suara yang lebih jelas dari biasanya. Dalam pesannya, beliau menyapa “dengan perasaan khusus” orang-orang “sakit dan mereka yang mengalami kesulitan-kesulitan dan penderitaan-penderitaan yang besar,” untuk menyatakan kedekatan rohaninya dengan mereka.
Sebelum pesan Paus itu, peziarah dan jemaat, yang jumlahnya sekitar lima (5) sampai enam (6) ribu orang, merayakan upacara Misa di ladang yang terbuka. Upacara Misa itu dipimpin oleh Uskup Giuseppe Anfossi dari Aosta.
Sejak tiba di pegunungan Alpen setiap hari Paus pergi pesiar dengan kecualian bila hari hujan dan ancaman badai hebat menghalanginya meninggalkan pondok di mana Paus tinggal. Bila kembali dari pesiar, Paus pada umumnya bertemu dengan para wisatawan dan penduduk setempat di daerah itu yang menunggu di tepi jalan untuk menyalaminya.
Seorang jurubicara Vatikan mengatakan bahwa Paus yang berusia 84 tahun itu mempergunakan waktu liburannya di lembah Aosta untuk membaca, berdoa dan melangsungkan percakapan dengan teman-temannya.
Radio Vatikan juga melaporkan bahwa setiap pagi Paus meminta tinjauan pers mengenai situasi di dunia, khususnya di Timur Tengah dan di Irak.
Next Page: 1 | 2 |
|