Youth Leadership Training
Oleh: Pdt Wilda P Simanjuntak STh
Wednesday, Apr. 27, 2005 Posted: 2:26:41PM PST
Latihan Kepemimpinan Pemuda
(Youth Leadership Training)
7–12 February 2005
Retret Centre GBKP
Sukamakmur
Pendahuluan
Pemuda adalah isu hari ini, bukan isu kemarin atau esok. Pemuda merupakan tongkat estafet kepemimpinan selanjutnya, pemimpin gereja, masyarakat, negara dan keluarganya. Pembentukan karakter yang berbasiskan iman dan kepercayaan. Satu modal dasar pengalihan kepercayaan estafet kepemimpinan kemudian. Namun, kredibilitas, kearifan memimpin dan hikmat untuk mengambil keputusan serta pembuatan program kerja – bukanlah terjadi begitu saja secara alami – dibutuhkan wadah latihan kepemimpinan seperti yang difasilitasi oleh UEM Regional Asia dengan program Youth Training Leadership tanggal 7 – 12 February 2005 di Retret Center GBKP Sukamakmur – Sibolangit. Dengan jumlah peserta 24 orang dari berbagai gereja. Adapun perwakilan gereja HKBP adalah Erlinda Sianturi, Nenny Ika Putri dan Pdt. Wilda P Simanjuntak.
Latihan Kepemimpinan
Allah menjadikan kita sebagai teman sekerja untuk membuat “perubahan”. Sebagaimana Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia untuk mengubah dunia. Melalui kehadiran Kristus Ia menyatakan satu keajaiban dengan menjadi atau mengambil rupa seorang hamba dan hidup ditengah-tengah manusia. Itulah keajaiban dan kebesaran yang Allah tunjukkan bagi kita. Kristus adalah gambar Allah atas dunia, dan kita seharusnya belajar menjadi muridNya, inilah cara kita menjadi segambar dengan Allah.
Gambaran pemimpin dengan organisasi yang ia pimpin seperti burung bangau, ketika mereka terbang membentuk formasi V yaitu “victory”. Terlihat kerjasama dan ke-efisienan dan ke-efektifan pekerjaan yang bisa mencapai target kerja 71 % dibandingkan ketika bekerja sendirian. Bekerja sama, bergerak bersama ke satu arah, memampukan organisasi tersebut mencapai target dan tujuan dalam kecepatan waktu dan kemudahan cara. Sebaliknya, ketika salah satu anggota “keluar” dari formasi itu. Apakah yang akan terjadi? Bila hal ini berlaku maka tidak dapat ditawar-tawar lagi – pemimpin harus keluar dari formasi dan pergi menjemput dan mengadakan sharing dari hati ke hati, apakah yang terjadi serta memutuskan masalah secara bersama-sama. Sementara formasi tadi harus me-reform ulang dengan bentuk tetap dan melengkapi diri satu dengan yang lain. Sehingga kegiatan dan program dalam organisasi tersebut dapat berjalan seperti sediakala sesuai dengan yang diharapkan.
Seorang pemimpin dapat belajar dari kitab Daniel. Sosok dan figur Daniel membuka pemikiran baru akan tipe kepemimpinan yang ideal. Walaupun ia banyak mengalami dan menghadapi permasalahan yang kadangkala mempertaruhkan hidup dan membahayakan dirinya. namun, kegigihan dan perjuangan keras menjadikan ia dan teman-temannya dapat sehati sepikir. Dalam perjuangan menentang otoritas kepemimpinan saat itu Daniel menyerahkan dan mempasrahkan hidupnya ke dalam tangan Tuhan. Pada saat yang sama ia juga mengakui kebesaran dan pengasihan-Nya. Masalah ia diselamatkan atau tidak Daniel hanya menyerahkannya pada pekerjaan karya Tuhan. Seorang pemimpin hendaknya belajar dan melihat ke dalam figur Daniel yang terdalam. Daniel taat dan setia serta saling memperhatikan satu dengan yang lain dengan teman-teman satu teamnya yakni Sadrak, Mesakh dan Abednego. Demikian juga kita harus lebih taat dan setia kepada hukum Allah dari pada hukum dan aturan yang dibuat oleh manusia ketika aturan itu tidak sesuai pada perintah-Nya.
Next Page: 1 | 2 |
|