Menanggapi Karya Kreatif dan Cinta Tuhan
Oleh: Timur Citra Sari
Monday, Apr. 18, 2005 Posted: 6:17:18PM PST
Berita meninggalnya Paus Yohanes Paulus II sebetulnya tidaklah terlalu mengejutkan kita. Sakit yang dideritanya sejak beberapa waktu yang lalu telah diketahui umum. Juga, memburuknya kondisi Sri Paus belakangan ini telah menjadi pemberitaan berbagai media massa. Jadi, saat berita itu sampai pada kita, walau kehilangan, kita dapat menerimanya dengan tawakal.
Namun, tidak terkejut bukan berarti tidak berduka. Inilah pesan yang ingin disampaikan sekitar empat juta orang yang hadir pada hari-hari seputar wafatnya Sri Paus. Inilah juga kabar yang hendak diberitakan melalui kesediaan mereka berjuang dengan segala macam cara untuk sampai di Vatikan. Dan, inilah pula suara yang ingin diperdengarkan sekian banyak orang lainnya yang tidak bisa hadir di sana. Yaitu, kami turut berbelasungkawa atas wafatnya Paus Yohanes Paulus II pada 3 April 2005 yang lalu.
Melalui tayangan langsung dan ulang televisi kita telah menyaksikan prosesi pemakaman Sri Paus. Namun, bukan kemegahan acara itu yang hendak kita renungkan saat ini. Juga bukan tentang berlimpahnya massa yang hadir. Atau tentang banyaknya pemimpin negara serta petinggi agama yang datang. Atau lagi tentang luasnya liputan pemberitaan media yang dilakukan.
Yang membuat prosesi pemakaman Sri Paus patut menjadi bahan renungan adalah kehadiran berbagai macam orang dan kelompok orang yang berbeda latar belakang serta kepentingan. Bukan hanya warga Polandia yang merupakan tanah air Paus Yohanes Paulus II yang hadir di sana, bukan pula hanya warga Italia yang memang bertempat tinggal di wilayah tersebut. Bukan hanya umat setempat yang memang beribadah di sana, bukan juga hanya warga Gereja Katolik Roma yang menempatkan Paus sebagai pemimpin mereka. Melainkan orang-orang serta kelompok orang yang berasal dari berbagai bangsa dan beraneka agama. Keberagaman mereka tidak hanya memberi warna tersendiri pada prosesi pemakaman saat itu, tetapi juga memperlihatkan keprihatinan dan kepedulian Sri Paus.
Dalam pemahaman serta kesadaran bahwa Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya dengan sangat beraneka, Paus Yohanes Paulus II menunjukkan keprihatinan dan kepedulian yang besar terhadap kenyataan bahwa dunia terpecah-belah dan saling memusuhi karena perbedaan yang terjadi. Berangkat dari keprihatinan dan kepedulian tersebut, Sri Paus mengambil bagian dalam upaya dialog antar agama. Melalui dialog, perbedaan dan kepelbagaian diakui serta dihormati sebagai kemahakreatifan Tuhan yang kaya ide saat menciptakan dunia beserta segala isinya ini.
Selanjutnya, dalam pemahaman serta kesadaran bahwa keberanekaan dunia bukan hanya hasil kreativitas Tuhan, tetapi adalah juga karya cinta-Nya, Sri Paus dengan sepenuh hati menunjukkan cinta terhadap mereka yang berbeda. Kesediaannya untuk menggumuli berbagai persoalan dan pergumulan dunia - dan bukan hanya persoalan serta pergumulan Gereja Katolik Roma - menjadi perwujudan cinta dan komitmennya pada dunia yang beragam ini.
Tidak terlalu sulit bagi kita untuk mengetahui bahwa Tuhan adalah teladan serta sumber rujukan Sri Paus dalam menunjukkan kepedulian dan keprihatinannya pada dunia kita yang beraneka ini. Namun, mengetahui hal ini tidak membuat perenungan kita menjadi lebih mudah. Bahkan, sebaliknya, pengetahuan ini menyadarkan kita bahwa seharusnya bukan hanya Sri Paus yang "berkewajiban" untuk prihatin dan peduli terhadap dunia ini. Setiap kita juga mempunyai kewajiban yang sama, yaitu menghargai serta menanggapi karya kreatif dan cinta Tuhan yang hadir dalam bentuk dunia ini beserta segala isinya.
Next Page: 1 | 2 |
|