Jalan Lebar dan Jalan Sempit Ke Aceh
Oleh: Pdt Kuntadi Sumadikarya
Thursday, Mar. 10, 2005 Posted: 9:18:42PM PST

Sebagai gereja, GKI mempunyai pilihan dalam membantu Aceh. Ada jalan lebar dan ada jalan sempit. Jalan lebar ialah membantu tanpa banyak susah payah. Kirim saja dana dan bantuan ke pihak-pihak yang menangani korban. Tetapi GKI tidak memilih jalan yang lebar ini. Bukan saja karena menguatirkan dana dan bantuan dikorupsi pihak-pihak ketiga yang tidak akuntabel. Bukan juga karena kuatir dana dan bantuan tidak sampai ke alamat yang tepat atau kepada korban. Melainkan karena pendasaran teologis yang dipahami GKI.
Baik persekutuan, mau pun kesaksian dan pelayanan (kespel) yang merupakan panggilan gereja, tidak boleh dialihkan atau diambil alih dari gereja. Gereja dipanggil untuk menyaksikan kasih Kristus di tengah dunia yang sedang menderita dan berdosa. Gerejalah yang mesti bertindak, bukan membayar pihak lain untuk melakukan pekerjaan gereja. Dalam tindakan itu, gereja mewujudkan kasih Kristus yang merupakan Misi Allah dan Misi Gereja.
Persekutuan yang mewujud dalam ibadah misalnya, tidak dapat dialihkan kepada lembaga televisi. Kesaksian yang mewujud dalam pemberitaan Injil misalnya, tidak dapat dialihkan kepada lembaga PI. Pelayanan yang mewujud dalam karya sosial khususnya, tidak dapat dialihkan kepada lembaga sosial. Gereja mesti melakukan semua itu sebagai karya-karya bagi Allah dan sesama.
Tentu saja tidak semua situasi atau keadaan menjadi tanggung-jawab GKI. Dan tentu saja tidak semua bencana menjadi monopoli GKI. Banyak pihak pemerintah, agama dan sosial turut mengambil bagian kemanusiaan dalam situasi terkait. Namun bila gereja hendak turut ambil bagian maka gerejalah yang mesti bertindak dan turun tangan.
Jalan Sempit
Dalam situasi bencana dan tidak menentu tiba di tempat bencana selain sulit, juga berisiko tinggi. Dalam kasus Tsunami Aceh, gempa tektonik belum tuntas. Menurut BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) dalam dua minggu mendatang sejak gempa pertama, masih akan terjadi. Berita tentang ribuan mayat yang membusuk dengan risiko kuman dan virus juga menghadang. Kehadiran kelompok-kelompok yang tidak suka kehadiran Kristiani merupakan tantangan lain. Transportasi Tim GKI dan Bahan bantuan ke Aceh merupakan kesulitan tersendiri. Isu-isu santer mengenai penjarahan, pembantaian dan penindasan terhadap etnis tertentu dan kelompok Kristiani sangat mengganggu. Kemungkinan gangguan keamanan dari pihak GAM juga ancaman tersendiri. Semua ini kita sebut Jalan sempit.
Tim GKI dengan niat dan tekad yang bulat, bertolak dari penghayatan teologis ini, memutuskan menempuh jalan sempit. Jika memilih jalan lebar, Sinode GKI tidak perlu mengimbau jemaat-jemaat untuk menghimpun dana dan bantuan untuk disatukan di Sinode GKI. Anggota jemaat mau pun jemaat-jemaat sendiri-sendiri dengan mudah dapat menempuh jalan lebar. Mereka dapat menyumbang saja ke pihak-pihak yang akuntabel dan kredibel untuk maksud terkait. Namun jika demikian gereja sendiri dapat dikatakan tidak berbuat apa-apa, di tengah kesedihan dan bencana nasional di negeri kita.
(Penulis adalah Ketua Tim GKI untuk Aceh)
Next Page: 1 | 2 |
|