Pesan Natal KWI dan PGI
Thursday, Dec. 16, 2004 Posted: 11:21:36AM PST
Pengantar: Pesan Natal Bersama Konferensi Waligereja Indonesia dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Tahun 2004 ini dikeluarkan di Jakarta, November 2004, oleh Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Pdt Natan Setiabudi PhD (Ketua Umum) dan Pdt Dr IP Lambe (Sekretaris Umum), serta Konferensi Waligereja Indonesia Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ (Ketua) dan Mgr Ignatius Suharyo (Sekretaris Jenderal). Tema Pesan Natal Bersama ini berlandaskan Yeremia 14:22.
Kepada saudara-saudari umat Kristiani Indonesia yang terkasih, di mana pun berada: Syalom, salam damai sejahtera.
Kini kita hidup pada zaman media audiovisual. Media audiovisual telah melahirkan suatu peradaban baru di tengah-tengah kita. Ia membawa dampak yang menggembirakan bagi kehidupan manusia, tetapi juga krisis etika dengan berkembangnya semangat materialisme, konsumerisme, dan hedonisme.
Hal-hal itu menyulut keserakahan manusia terhadap kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan kenikmatan. Keserakahan-keserakahan itu telah membius pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok dalam masyarakat kita, sehingga mereka tega untuk mengeksploitasi sesama anak bangsa dan menguras alam lingkungan secara kasar demi kepentingan mereka.
Kini kita menyaksikan martabat manusia dilecehkan oleh pelbagai tindakan kekerasan dan diskriminasi demi kepentingan diri dan kelompok. Alam lingkungan dikuras habis-habisan. Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merajalela tanpa sanksi hukum.
Saat ini kita memiliki pemerintah baru yang kita pilih secara langsung. Ada banyak harapan dan cita-cita yang ditumpukan pada pemerintah yang baru itu. Namun, kita tahu bahwa keadaan yang lebih baik tidak bisa datang dari pemerintah saja, atau jatuh dari langit. Kerja keras, pengorbanan, dan mungkin penderitaan-penderitaan akan merupakan tantangan bagi kita di hari-hari yang akan datang.
Dalam suasana seperti itu, kini kita merayakan pesta Natal. Apa kiranya pesan Natal bagi kita saat ini?
Saudara-saudari umat Kristiani yang terkasih, kita merayakan Natal sebagai awal sejarah keselamatan, yang berpuncak pada sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Kedatangan Yesus yang telah diramalkan para nabi sebagai pemenuhan harapan manusia merupakan tanda kasih setia Allah kepada kita.
"Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya" (Ibr 1:1).
Kedatangan Allah itu bukan hanya peristiwa unik dalam sejarah manusia, melainkan juga bukti kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya. Ia telah datang tidak untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Demikian besarlah kasih Allah kepada dunia (bdk Yoh 3:16-17).
Kita merayakan Natal dengan penuh rasa syukur karena Allah memenuhi janji-Nya yang menjadi landasan harapan kita. Kepercayaan dan harapan kita di tengah suka-duka hidup ini bukanlah melulu suatu optimisme tanpa dasar, melainkan bertumpu pada sabda dan tindakan-Nya. Allah sungguh merupakan harapan kita (bdk Yer 14:22).
Next Page: 1 | 2 |
Eva N.
|