STT Jakarta: Menjadi Batu Hidup (2)
Oleh RP Borrong
Friday, Oct. 1, 2004 Posted: 7:29:00PM PST
|
Oleh RP Borrong |
STT Jakarta didirikan dengan tujuan utama, sebagaimana dirumuskan oleh Dr Hendrik Kraemer, salah seorang penggagas, pendiri dan Ketua Dewan Pengurus yang pertama, ialah "membina saksi-saksi Kristus, yang berfikir, bekerja dan berdoa guna pembinaan gereja dan perluasan Injil". Secara lebih sederhana Dr Müller Krüger, Rektor Pertama HTS, menyebutkan bahwa tujuan sekolah ini ialah "sekolah pesemaian untuk gereja".
Sesuai dengan tujuan tersebut maka dapatlah dikemukakan beberapa tujuan khusus dari HTS, yaitu:
(1) untuk mendidik para pelayan gereja Indonesia; (2) membina kepribadian para calon pemimpin gereja di Indonesia yang berfikir mandiri; (3) menjadi pusat pembentukan dan pengolahan teologi; (4) menjadi pusat konsentrasi rohaniah dan intelektual di Indonesia; dan (5) menjadi pusat persekutuan studi, persekutuan hidup dan persekutuan kerja.
Dalam tujuan-tujuan khusus tersebut di atas dapat diringkaskan sebagai berikut: STT Jakarta menjadi tempat pendidikan teolog dan calon pelayan gereja-gereja di Indonesia yang memiliki kompetensi rohaniah dan intelektual/akademik yang sesuai dengan konteks Indonesia.
Tekanan dalam pendidikan adalah pembentukan calon pemimpin dan pelayan gereja yang memiliki kompetensi rohani dan inteletual serta berwawasan ekumenis sekaligus nasionalis.
Hal tersebut tercermin dalam visi dan misi STT Jakarta, yaitu sebagai lembaga pembelajaran dan pengembangan teologi yang berorientasi pada pergumulan konteks Kristiani di Indonesia, berwawasan ekumenis.
Misinya adalah mendidik para calon pemimpin yang memiliki kedewasaan rohani, berwawasan luas dan profesional dalam menjalankan pelayanannya di tengah masyakat
Cara yang ditempuh oleh STT Jakarta ialah memperkokoh komitmen pada karakternya sebagai lembaga pendidikan teologi yang kontekstual dan berwawasan ekumenis dan berusaha menjadi pusat pembinaan pelayan dan pemimpin gereja yang memiliki kompetensi rohani dan intelektual yang handal. Hal ini dijabarkan dalam beberapa aspek, sekaligus program pengembangan sejalan dengan tema yang dipilih: "Menjadi Batu Hidup: Beriman, Berwawasan, Berjemaat".
Menjadi batu hidup memiliki dua arti penting,yaitu :
1. Suatu kesediaan dan komitmen untuk dipakai sebagai alat dan mitra kerja Allah dan sesama manusia (perorangan dan institusi) dalam mewujudkan kebaikan Allah bagi dunia.
2. Kesiapsiagaan dipergunakan di mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa saja melaksanakan mandat sebagai pelayan dan pemimpin bagi gereja dan masyarakat.
Beriman diartikan sebagai adanya hubungan horizontal dengan Tuhan menjadi sandaran utama dalam berkiprah. Memang sejak semula disadari bahwa belajar teologi tidak menjadikan seorang saleh melainkan arif, namun tentu kearifan diperoleh dari hubungan yang baik dengan Tuhan.
Dengan ini STT Jakarta ingin menggarisbawahi pentingnya dikembangkan pembentukan rohani bagi kehidupan bersama dalam kampus. Kritikan dari jemaat-jemaat bahwa mahasiswa STT Jakarta kurang beriman dan kurang 'rohani' tentu tidak ditelan begitu saja tetapi direnungkan, dipercakapkan dan disikapi dengan cara dan ciri STT Jakarta sendiri.
Next Page: 1 | 2 | 3 | 4 |
|