Masyarakat tanpa Pengharapan
Oleh: Benny Susetyo, Pr
Thursday, Aug. 4, 2005 Posted: 9:10:07AM PST
Masyarakat tanpa Pengharapan
Oleh: Benny Susetyo, Pr
Selama tahun 2005 (sampai bulan Juli) setidaknya sudah terjadi 68 peristiwa bunuh diri. Empat puluh empat di antaranya atau 65 persen dilakukan oleh laki-laki. Data yang dihimpun Tempo dari laporan gabungan di Polda Metrojaya, ada 13 kejadian pada Januari, 13 pada Februari, 10 di bulan Maret, 24 di bulan April dan sampai pertengahan Juli ini, sudah terjadi 15 kali bunuh diri. Itu baru di Jakarta.
Bagaimana dengan yang terjadi kota-kota besar lainnya? Atau di pelosok pedesaan di mana bunuh diri menjadi alternatif terbaik untuk bisa melepas segala kepenatan hidup di tengah-tengah bangsa yang sering pandai melahirkan masalah daripada menyelesaikannya?
Dave Marcotte, seorang professor kebijakan publik di University of Maryland dalam suatu penelitiannya menyatakan ada 20 percobaan untuk satu kali bunuh diri yang sukses. Diterangkan 2,9% populasi Amerika Serikat pernah melakukan percobaan bunuh diri, 1.760 percobaan per hari! Ternyata mereka yang mencoba bunuh diri tapi gagal justru mendapatkan perbaikan hidup daripada hidup mereka sebelumnya. Penghasilan mereka bertambah dalam rata-rata sebesar 20,6% dari penghasilan sebelumnya.
Fenomena bunuh diri secara sosial sebenarnya bukan hal baru. Émile Durkheim, sosiolog terkemuka, sejak dahulu sudah mengkajinya sebagai sebuah fenomena sosial yang memerlukan pencermatan. Menurut Émile Durkheim, tindakan bunuh diri terkait dengan tingkat keterikatan seseorang dengan masyarakat. Durkheim menyatakan bunuh diri biasanya terjadi ketika seseorang tidak memiliki ikatan sosial atau hubungan dekat. Bunuh diri terjadi ketika seseorang mengalami keterasingan (anomie) dari lingkungannya. Karyanya tentang bunuh diri telah menjadi klasik dan fenomenal.
Frustasi Sosial
Seringkali fenomena bunuh diri secara psikologis diasosiasikan dengan masalah pribadi. Tetapi secara sosial, bunuh diri tidak bisa lepas dari problem sosial kemasyarakatan. Problem bangsa ini semakin berat yang nyaris tak terlihat di mana titik terangnya. Beban hidup yang semakin berat membuat orang makin mudah mencari jalan pintas. Boleh pula kita nyatakan bunuh diri mencerminkan gagalnya negara memberikan harapan kepada masyarakat. Contoh nyata percobaan bunuh diri oleh seorang murid SD beberapa waktu lalu di Jawa Tengah. Itulah cermin ketika negara gagal memberikan akses pendidikan yang baik buat kaum miskin.
Ketidakpastian dalam wilayah hukum, ekonomi, politik dan sosial membuat pilihan hidup masyarakat semakin sulit. Rasanya masyarakat yang terhimpit tidak ada alternatif lain untuk mengatasi masalah hidupnya yang semakin berat. Hidup mereka semakin berat dan hal ini tentu tidak bisa hanya dilihat dalam kacamata agama dengan cara ‘berserah diri’. Ini tidak menyelesaikan masalah, sebab frustasi mereka telah menjelma dalam ketiadaan harapan.
Bunuh diri dilihat sebagai salah cara menyelesaikan masalah. Pola berpikir ini terjadi karena muncul ketidakberdayaan akibat dari lemahnya sistem negara memberikan perlindungan kepada warga untuk memperoleh sumber kehidupan. Negara selama ini kurang berperan dalam memberikan kesejahteraan kepada warganya.
Next Page: 1 | 2 |
|