Pengalaman Tingkatkan Minat Karya Sosial Para Pekerja Gereja
Monday, Nov. 8, 2004 Posted: 7:39:07PM PST
XI'AN, Cina -- Dengan melayani masyarakat pinggiran, beberapa biarawati Katolik di Propinsi Shaanxi di Cina bagian barat daya menjadi tertarik untuk mengikuti pendidikan formal di bidang karya sosial.
"Sangat baik jika setiap suster kami bisa belajar karya sosial," kata Suster Liu Juanli dari Biara Hati Kudus Yesus di Keuskupan Xi'an. Biara itu mempunyai 130 dokter di antara 300 susternya. Mereka mengoperasikan 46 klinik di enam keuskupan di propinsi itu. Xi'an, ibukota Shaanxi, terletak 900 kilometer barat daya Beijing.
Suster Liu adalah direktur Red Maple Leaves Home. Panti bagi kelompok penderita HIV/AIDS pertama ini didirikan 2002 dan dikelola oleh sebuah kongregasi religius di Cina. Staf panti itu mengunjungi para penderita HIV/AIDS, meningkatkan kesadaran akan penyakit itu, dan memberi pemeriksaan medis gratis.
Sebagai bagian persiapan untuk memberikan pelayanan itu, Suster Liu mengikuti kursus tiga bulan tentang ketrampilan manajemen untuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). "Setelah bekerja melampaui target, saya kira karya sosial dan metodologinya itu sangat penting," katanya kepada UCA News. Pengetahuan yang diperoleh melalui studi, lanjutnya, akan bermanfaat bagi karya sosial para suster dan bagi evangelisasi.
Para suster yang bekerja sama dengan Read Maple Leaves Home menemukan bahwa promosi dengan membagikan selebaran saja tidak efektif, karena kebanyakan penerima tidak akan membacanya secara jeli, kata direktur panti itu. Oleh karena itu, para suster memutuskan untuk menggunakan survei singkat tentang perawatan kesehatan dan menawarkan pemeriksaan kesehatan gratis untuk menarik perhatian masyarakat. Menurut Suster Liu, survei itu mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang kesadaran akan HIV/AIDS, termasuk kemungkinan HIV bisa tertular.
"Ketika sadar bahwa mereka dapat menjawab hanya satu dari empat pertanyaan dalam survei itu, mereka menjadi lebih termotivasi untuk membaca selebaran itu. Kami bisa tahu sejauh mana orang-orang ini sudah tahu tentang penyakit itu," jelasnya.
Selama dua masa kampanye yang digelar para suster itu, 12-20 Desember 2003 dan 3 Maret 2004, mereka mensurvei 1.000 dan 500 orang berturut-turut, demikian tercatat dalam selebaran yang mereka persiapkan.
Marry Liu Yanli, Asisten Direktur Pusat Pelayanan Sosial Katolik Keuskupan Xi'an, mengatakan, karya sosial merupakan sebuah wilayah baru bagi Gereja di Cina. Hanya sedikit universitas di negeri itu yang memberi landasan teoritis karya sosial, seperti manajemen proyek/program.
Pekerja Gereja itu mengatakan, dia tergerak pada sejumlah kesempatan ketika menolong kaum miskin dalam proyek-proyek pembangunan yang diluncurkan dalam kerja sama dengan badan-badan pendanaan yang berpusat di Hong Kong dan Jerman. "Walaupun berasal dari desa, saya tidak dapat membayangkan bahwa masih ada masyarakat pedesaan yang sedemikian miskin," katanya.
Liu yakin, pelatihan formal metodologi dan teori karya sosial bisa membantu pusat itu untuk berkarya lebih efektif, sistematis dan professional, dan mengembangkan dan mempertahankan berbagai program. Sejak 1998, pusat itu menolong desa-desa untuk menggali sumur, memasang listrik dan pipa air, membangun sekolah-sekolah, dan mendidik anak-anak miskin, kata Liu.
Next Page: 1 | 2 |
|