Umat Banjiri Ekaristi 100 Tahun Sendangsono
PEMUNGUT LILIN - Magdalena Rubulah Sowiredjo adalah perempuan 80 tahun yang mengabdikan hidupnya untuk Gua Maria Sendangsono. Dia bertugas membersihkan lelehan lilin yang dipasang pengunjung di gua itu.
Tuesday, Oct. 19, 2004 Posted: 5:59:21PM PST
YOGYAKARTA - Puluhan ribu umat Katolik dari berbagai wilayah memadati areal peziarahan Gua Maria Sendangsono, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta, Minggu (17/10), untuk mengikuti perayaan ekaristi puncak 100 tahun Sendangsono.
Dipimpin langsung oleh Uskup Agung Semarang Mgr I Suharyo Pr, ekaristi yang berlangsung kurang lebih dua jam itu juga dihadiri para uskup se-Jawa, Uskup Ketapang, MGR A Pujaraharja, Uskup Palangkaraya, MGR Dr AM Sutrisnaatmaka, Uskup Bandung MGR A Djaja-siswaja, dan Uskup Banjarmasin, MGR Fx Prajasuta.
Di atas tanah perbukitan seluas 3.000 m2, umat yang terdiri dari seluruh lapisan masyarakat rela berimpit-impitan demi mengikuti misa yang diiringi musik orkestra dari pelajar Seminari Menengah Mertoyudan.
Dalam khotbahnya, Mgr I Suharyo mengatakan, pada tanggal 14 Desember 1904 yang lalu, 171 orang Jawa datang kepada Romo Van Lith untuk minta dibabtis. Dalam iman Katolik, peristiwa ini selanjutnya dianggap sebagai lahirnya Gereja Katolik di tanah Jawa.
Meski sebelumnya sudah ada 300 orang Jawa yang dibabtis secara Katolik, lanjut Uskup, peristiwa pembabtisan itu terjadi di luar rencana Romo Van Lith. "Artinya, peristiwa itu merupakan buah dari karya Allah, bukan melulu karya manusia. Karya Allah memang bukan jatuh dari langit, lalu tumbuh dengan sendirinya. Bagaikan benih yang membutuhkan tanah untuk digarap, keimanan jug membutuhkan pemeliharaan," ucap Uskup.
"Romo Van Lith mewartakan kerajaan Allah yang membebaskan dengan melakukan pendidikan. Romo juga dikenal sebagai imam yang berpegang pada keberpihakannya pada orang Jawa, khusunya politik, terutama kedudukan bangsa Indonesia di mata penjajah Belanda," jelas Uskup.
Meski ia orang Belanda, pembelaannya kepada orang Jawa ini telah melahirkan semangat kebersamaan, bahkan dari golongan muslim, Romo Van Lith didukung untuk duduk dalam parlemen.
Suara Pembaruan
|