Uskup Minta Umat Katolik Berkomunikasi Dengan Umat Lain
Tuesday, Oct. 5, 2004 Posted: 2:55:19PM PST
CIWIDEY, Jawa Barat -- Uskup Bandung Mgr Alexander Djajasiswaja meminta umat Katolik yang menghadiri musyawarah pastoral (Muspas) Keuskupan Bandung untuk semakin terbuka terhadap dunia, karena "Katolik berarti meliputi seluruh dunia."
Uskup Djajasiswaja menasihati bahwa untuk menjadi orang Katolik sejati umat Katolik harus menembus empat "ketertutupan" dengan mendekatkan diri pada Gereja-Gereja Kristen lain, agama-agama non-Kristen, pada kaum awam, dan pada dunia atau masyarakat.
Peserta pertemuan 17-19 September yang berjumlah 170 orang itu terdiri wakil-wakil paroki dan anggota berbagai komisi keuskupan, kelompok kategorial, dan kongregasi religius. Tema pertemuan itu adalah "Menjadi Lebih Katolik." Pertemuan itu diselenggarakan di Ciwidey, dekat Bandung.
Muspas Keuskupan Bandung menutup suatu proses yang dimulai dengan pertemuan serupa pada bulan Juni di Katedral St. Petrus di Bandung. Pertemuan itu dihadiri oleh 22 dari 23 paroki dan berbagai lembaga dan organisasi Gereja. Topik-topik yang dibahas antara lain persaudaraan dan panggilan, pewartaan dan liturgi, ekonomi, pendidikan, kesehatan, keluarga, lingkungan hidup, politik, dan komunikasi sosial.
Panitia pelaksana mengirim hasil-hasil pertemuan bulan Juni itu kepada semua paroki sebagai bahan refleksi di tingkat "lingkungan," stasi, dan kelompok kategorial.
Menurut data terakhir, Keuskupan Bandung memiliki 96.864 umat Katolik. Mereka kebanyakan orang Jawa, Cina, Flores, dan Batak. Sementara orang Sunda, kelompok mayoritas etnis di Jawa Barat, hanya terdiri atas sekitar 6.000 orang.
Imbauan Uskup Djajasiswaja tentang keterbukaan yang lebih luas tercermin dalam sebuah drama yang dipentaskan pada Misa pembukaan Muspas Keuskupan Bandung. Drama itu menggambarkan umat Katolik yang tengah mencari makna pembaruan yang menutup pintu terhadap umat Protestan, Islam, orang-orang dengan gaya hidup modern, dan para pengemis yang datang untuk memberi nasihat. Kaum Muslim menyanyikan Selawat Nabi, yang disambut dengan tepuk tangan para hadirin di ketedral. Drama itu berakhir dengan seorang pria bisu dan tuli yang memperlihatkan makna pembaruan bagi umat Katolik, yang kemudian menyambut semua orang yang pernah mereka tolak.
Penegasan komunikasi secara simbolis ini dibahas selama pertemuan itu.
Misalnya, diskusi-diskusi tentang komunikasi sosial mencapai suatu kesepakatan tentang perlunya bimbingan bagi keluarga, paroki, dan keuskupan menuju budaya komunikasi yang meningkatkan proses tersebut di setiap tingkat.
Uskup Djajasiswaja mengatakan kepada UCA News, ia puas dengan Muspas Keuskupan Bandung karena ia merasa bahwa jika peserta kembali ke lingkungan dan paroki mereka dan "melaksanakan apa yeng telah mereka sepakati," mereka dan umat paroki akan menjadi lebih Katolik. Uskup mengakui bahwa umat Katolik setempat telah mengupayakan sejumlah pendekatan untuk membuka Gereja mereka. Tapi ia menambahkan, "Muspas ini bertujuan untuk mendorong mereka agar lebih giat lagi."
Frederikus Egho Wea mengatakan kepada UCA News, ia sependapat dengan uskup bahwa Muspas Keuskupan Bandung "berhasil menggali konsep-konsep yang baik tentang program-program pastoral dari peserta." Ditambahkan, "Kami, para peserta, siap menjadi lebih terbuka dengan siapa saja, terutama dengan anggota Gereja-Gereja lain dan agama-agama lain."
Next Page: 1 | 2 |
|