Uskup Agung Di Sidang FABC Bicara Tentang Keluarga Dan Media Kepada Wartawan
Saturday, Aug. 28, 2004 Posted: 5:18:53PM PST
Gereja di Asia prihatin terhadap pengaruh media massa pada keluarga dan masyarakat, kata para uskup agung dari Filipina dan Sri Lanka kepada para wartawan di sela-sela sidang agung waligereja Asia baru-baru ini.
Pada konferensi pers 19 Agustus di Daejeon (Taejon), 170 kilometer selatan Seoul, Uskup Agung Colombo (Sri Lanka) Mgr Oswald Gomis dan Uskup Agung Cotabato (Filipina) Mgr Orlando Quevedo, secara khusus menekankan tantangan menegakkan nilai-nilai keluarga di tengah budaya media yang sedemikian mengglobal.
Konferensi pers itu diselenggarakan pada hari ketiga Sidang Umum Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (FABC, Federation of Asian Bishops' Conferences) VIII, 17-23 Agustus. Sidang itu bertama "Keluarga Asia Menuju Budaya Kehidupan."
Uskup Agung Gomis mengamati, meskipun Asia dan persoalannya itu banyak dan bervariasi, semua orang Asia menghadapi "globalisasi budaya" (cultural globalization) sebagai masalah mendasar yang umum dan fundamental. Tren ini, katanya, "agak asing bagi Asia." Dia juga mengatakan, sekularisme, materialisme, dan konsumerisme yang berasal dari (dunia) Barat merupakan persoalan-persoalan khusus.
Menurut prelatus asal Sri Lanka itu, ada "kemerosotan" nyata terhadap nilai-nilai keluarga seperti keakraban, hormat terhadap orang yang lebih tua, dan peran orang tua, baik di negara-negara yang sedang berkembang maupun yang terbelakang di Asia. Perubahan ini, menurutnya, terjadi terutama karena promosi nilai-nilai Barat secara agresif melalui media massa. "Inilah tantangan yang sedang dihadapi keluarga Asia secara umum," katanya.
Uskup Agung Quevedo mengutip "nilai-nilai baru" yang berusaha menyamakan laki-laki dan perempuan, seakan-akan tidak ada perbedaan pokok di antara mereka. Media komunikasi sosial seperti televisi, radio, dan bioskop, katanya, mempromosikan cara hidup yang berbentrokkan dengan nilai-nilai keluarga tradisional. Sebagai gambaran, katanya, beberapa bintang TV dan film yang dikenal dan diikuti kaum muda ternyata menarik perhatian dalam kehidupan nyata karena sering berganti pasangan.
Salah satu cara melawan tren ini, usul uskup agung dari Filipina itu, adalah "menginjili" komunikasi sosial yaitu dengan mendorong media massa untuk memasukkan nilai-nilai Injil ke dalam film-film dan hiburan lainnya. Ia juga mendesak orang tua untuk memantau apa yang ditonton anak-anak mereka dan membatasi film-film keras dalam keluarga.
Ia juga mengatakan, orang tua dapat membentuk "kelompok-kelompok pembelaan" yang bertugas melindungi anak-anak. Ia menegaskan bahwa kelompok-kelompok semacam itu dapat menekan produser film dan TV untuk tidak membuat program-program dan film-film keras dan provokatif secara seksual. Ia juga mencatat bahwa media Gereja dapat berupaya menginjili budaya, "sehingga keluarga dapat menonton TV atau film tanpa khawatir akan produksi visual yang keras dan provokatif."
Uskup Agung Quevedo lebih lanjut mengakui bahwa penyebaran nilai-nilai baru lewat Internet menimbulkan tantangan tersendiri, karena sulit mengontrol anak-anak untuk tidak mengakses berbagai website yang bermasalah.
Next Page: 1 | 2 |
|