Laporan Regional Sidang FABC Imbau Gereja Lebih Terlibat Dan Suportif
Saturday, Aug. 28, 2004 Posted: 5:18:52PM PST
Peserta sidang waligereja Asia (yang diselenggarakan empat tahun sekali) baru-baru ini memberi rekomendasi bahwa respon terbaik terhadap kebutuhan pastoral keluarga Asia mungkin adalah pelayanan yang mendukung, mendorong, dan mengembangkan. Pelayanan itu ditujukan untuk kebutuhan-kebutuhan berbagai kelompok khusus.
Sekitar 180 uskup, awam, imam, dan kaum religius pria dan wanita mendengarkan sintesa laporan nasional dan regional pada 21 Agustus, pada sidang umum Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (FABC, Federation of Asian Bishops' Conferences) VIII. Tema sidang itu adalah "Keluarga Asia Menuju Budaya Kehidupan." Sidang itu berlangsung 17-23 Agustus di Daejeon (Taejon), 170 kilometer selatan Seoul.
Allwyn Fernandes dari Kantor Komunikasi Sosial FABC mempresentasikan sebuah ringkasan dan pandangan umum tentang pelayanan keluarga. Ringkasan itu didasarkan pada laporan-laporan sebelumnya dari kawasan Asia Timur, Asia Tenggara, dan Asia Selatan yang telah disatukan dalam laporan-laporan nasional.
Fernandes, seorang pekerja Gereja asal India, mengatakan, kebutuhan untuk menyusun kembali Kerasulan Keluarga dalam Gereja muncul sebagai prioritas utama. Sasaran yang harus dicapai adalah "meneguhkan, mendorong, dan meningkatkan lingkungan hidup keluarga yang melindungi nilai-nilai asli, dengan menghormati kehidupan dalam semua dimensinya, dengan pasangan-pasangan penyuluh (mentor-couples) sebagai pemimpin, dengan para imam sebagai kolaborator, dan dengan para penasihat yang profesional."
Sebaliknya, kata Fernandes, laporan Asia Selatan juga mengusulkan agar pasangan-pasangan yang menikah bekerja di "tempat-tempat pembinaan para imam di seminari."
Fernandes mengatakan, satu prioritas yang direkomendasikan adalah promosi berbagai program keluarga yang menyeluruh dan sistematik di semua tingkat -- tidak hanya untuk anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa, tapi juga untuk keluarga-keluarga beda agama dan beda budaya, serta para orang tua tunggal (single parents), migran, orang yang bercerai atau menikah lagi.
Ia juga menekankan bahwa status perempuan dan persoalan-persoalan khusus yang mereka hadapi dalam keluarga-keluarga Asia harus ditangani secara serius. Bersamaan dengan ini, satu usul yang muncul adalah mengembangkan sebuah "kerasulan untuk kaum laki-laki" untuk mengubah pandangan maskulinitas dan kebapaan yang rancu, rusak, dan cacat.
Menyangkut masalah perempuan, laporan Asia Tenggara menganjurkan penelitian baru tentang cara Kitab Suci melihat perempuan. Menurut laporan itu, pokok persoalan yang perlu dikejar hendaknya meliputi pertanyaan, "Menurut Kitab Suci, siapa sesungguhnya pemimpin keluarga?"
Laporan Korea, yang merupakan bagian dari laporan Asia Timur, juga menyoroti masalah perempuan. Menurut laporan Korea itu, dari perspektif gender, pendidikan untuk memberdayakan perempuan harus diintegrasikan dalam ajaran Gereja.
Fernandes kemudian menyampaikan peran keluarga dalam perubahan sosial. Dikatakan, hidup keluarga-keluarga Asia harus berhubungan dengan kegiatan mereka sebagai warga negara lewat keterlibatan lingkungan, kerjasama dengan orang-orang sepaham, dan dukungan besar bagi warga negara lanjut usia.
Next Page: 1 | 2 |
|