Tim Southern Baptist AS Kunjungi Nias untuk Usaha Pemulihan
Sukarelawan Southern Baptist California termasuk salah satu sukarelawan dari Amerika Serikat yang datang ke pulau Nias untuk menyediakan bantuan medis
Wednesday, May. 4, 2005 Posted: 11:30:07AM PST
|
Sukarelawan dari California Pat Murphy bekerja sama dengan Kristiani pribumi untuk menempatkan pompa hydraulik di bawah bangunan bertingkat dua yang runtuh di Gunung Sitoli. (Photo:Josh Ramey) |
Sukarelawan Southern Baptist California termasuk salah satu sukarelawan pertama dari Amerika Serikat yang datang ke pulau Nias untuk menyediakan bantuan medis untuk usaha pemulihan setelah gempa yang mengguncang pulau itu pada tanggal 28 Maret yang lalu menurut Baptist Press.
Don Hargis, seorang spesialis ministri pria/ koordinator usaha pemulihan Baptist untuk California Southern Baptist Convention dan pemimpin dari tim sukarelawan itu mengatakan, gempa 28 Maret terjadi sehari setelah tim itu tiba di Indonesia.
Hargis mengatakan, dari Jakarta tim itu terbang ke Medan dan kemudian terbagi menjadi dua bagian. Satu tim melanjutkan rencana semula untuk ke Banda Aceh untuk membantu usaha pemulihan setelah tsunami, dan tim lain pergi ke pulau Nias untuk terlibat dalam perbaikan, pencarian dan pemulihan dan sebuah klinik medis.
Hargis bergabung dengan Pat Murphy, seorang tehnisi medis darurat dan pemadam kebakaran, Josh Ramey, seorang paramedis dan pemadam kebakaran, dan William Sears, seorang dokter.
Hargis mengatakan ia dan sebagian tim CSBC pergi ke desa Afulu di sisi pulau yang lain untuk bekerja di sebuah klinik kesehatan sedangkan, Pat Murphy diminta untuk meneruskan misi penyelamatan dan pencarian di Gunung Sitoli.
Sementara itu, sebuah kelompok lain dari Southern Baptist Theological Seminary juga datang ke Nias. Kelompok itu terdiri dari 11 pelajar, para anggota fakultas dan pasangan-pasangan dari seminari itu.
Kelompok seminari itu mengerjakan berbagai macam proyek, yang diantaranya termasuk mengajar bahasa Inggris, mensurvei wilayah-wilayah bencana, berbicara dengan penduduk lokal dan memulihkan sumur-sumur agar dapat digunakan kembali.
Karena adanya kebutuhan yang begitu besar untuk air segar, penduduk setempat sering meminta bantuan kelompok itu untuk memompa sumur.
David Sills, direktur dari Great Commission Center Southern Baptist dan profesor sejawat dari jurusan misi dan antropologi kultural mengatakan perjalanan itu merupakan kesempatan untuk meluaskan pandangan dari para pelajar dan anggota fakultas untuk menyatakan kemuliaan Tuhan kepada wilayah-wilayah yang terpengaruh oleh tsunami.
"Perjalanan Indonesia ini direncanakan secepatnya setelah bencana tsunami 26 Desember 2004, sehingga fakultas dan pelajar dari seluruh area Southern Seminary dapat menaruh iman mereka ke dalam tindakan dan mendemonstrasikan kasih Kristus kepada orang-orang yang terluka," kata Sills.
"Perjalanan ini merupakan kerja yang bermanfaat kepada partisipan, pemulihan yang dibutuhkan bagi penerima, dan sebuah berkat kepada semua oleh kasih karuniaNya dan untuk kemuliaan-Nya."
Kenneth Magnuson, seorang professor sejawat dari jurusan etika Kristiani mengatakan perjalanan itu membuka matanya kepada perlunya usaha pemulihan yang berkelanjutan di wilayah itu selama tahun-tahun mendatang.
"Kesedihan yang tertinggal hampir tidak dapat ditanggung dan hampir mendekati kesedihan yang dialami setelah tsunami," kata Magnuson.
"Beberapa pekerjaan telah dilakukan, dan klinik kesehatan telah menolong banyak orang, dan mereka yang selamat telah mulai membangun kembali hidup mereka dan mengambil serpihan-serpihan yang tertinggal. Namun pekerjaan membangun kembali bukanlah sesuatu yang akan disempurnakan dalam waktu sebulan. Ini akan menjadi bertahun-tahun, dan bahkan berdekade (lamanya)."
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|