Umat Katolik Indonesia Berbondong-bondong ke Gereja Melepas Kepergian Paus
Uskup Agung Jakarta : Semangat Paus Yohanes Paulus II agar menjadi inspirasi untuk menghargai manusia, perdamaian, dan solidaritas.
Monday, Apr. 4, 2005 Posted: 6:36:24PM PST
|
Ribuan umat Katolik di Jakarta mengikuti misa Requiem pada hari Minggu, 3 April, untuk menghormati wafatnya Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 2 April 2005. (Foto: Republika) |
Bagi jemaat Katolik di Indonesia kepergian Paus meninggalkan kesan yang amat mendalam. Seluruh umat Katolik di Indonesia sejak hari Minggu pagi, tanggal 3 April, mengadakan misa arwah untuk mendoakan Paus Yohanes Paulus II yang wafat.
Ratusan umat Katolik di Jakarta memadati Gereja Katedral untuk mengikuti liturgi Ekaristi mendoakan kedamaian arwah Yohanes Paus II yang dipimpin oleh Romo Roy Canaria dalam misa arwah, dan meminta jemaat untuk mengheningkan cipta untuk Paus Yohanes Paulus II. Walaupun sebagian jemaat duduk beralas koran, suasana tetap khidmat. Dan ribuan orang terus berdatangan ke Gereja Katedral Jakarta pada hari Minggu sore, untuk mengikuti misa Requiem (penghormatan) bagi Paus Yohanes Paulus II.
Uskup Agung Jakarta Julius Kardinal Darmaatmadja dalam kotbahnya mengimbau, jemaat untuk tidak bersedih hati atas meninggalnya Paus. "Dia sudah kembali ke pangkuan Tuhan," katanya.
Dia juga mengungkapkan kenangannya atas sikap peduli Paus terhadap Indonesia, serta pertemuannya dengan Paus saat berkunjung ke Indonesia pada tahun 1989.
"Dia peduli dengan Indonesia. Begitu juga dengan berbagai musibah bencana alam yang menimpa Indonesia, termasuk bencana tsunami yang melanda Aceh dan Sumatera Utara," kata Kardinal.
Kardinal juga mengungkapkan, sebelum meninggal Paus Yohanes Paulus II sempat menulis testamen atau wasiat. Namun isi wasiat itu baru akan dibacakan saat jenazah Paus dimakamkan. Hal itu disampaikannya dalam jumpa pers usai acara misa penghormatan untuk almarhum Paus di keuskupan Jakarta Pusat, pada hari Minggu.
"Sebelum meninggal, Paus telah menulis testamen, dan testamen itu akan dibacakan dalam upacara pemakaman," kata Kardinal.
Ketika ditanyai oleh pers, kemungkinan adanya rekomendasi Paus mengenai penggantinya dalam testamen itu, Kardinal menjawab, "Tidak mungkin. Karena seorang Paus tidak boleh memilih Paus."
Ditanya mengenai kansnya untuk menjadi Paus, Kardinal enggan memberikan komentar. Syarat untuk menjadi Paus adalah kardinal yang usianya di bawah 80 tahun. Sedangkan Kardinal Julius berusia 70 tahun, sehingga punya hak untuk dipilih.
"Saya tidak tahu. Menjadi Paus tidak ada kandidat-kandidatan, dan untuk memilih Paus tidak boleh direncanakan sebelum Paus meninggal," jelasnya. "Paus yang hebat adalah yang seperti beliau ini. Kalau bisa, seperti dia. Tapi apa ada seperti dia."
Mengenai keikutsertaannya pergi ke Vatikan untuk mengikuti upacara pemakaman Paus, menurutnya hal itu masih tergantung pada pemerintah. Ia mengakui, hal itu sudah direncanakan, namun dirinya belum mendapat konfirmasi.
"Itu tergantung pemerintah. Tapi saya termasuk dalam daftar kelompok yang akan ikut ke Vatikan. Presiden merasa harus pergi ke sana sebagai bentuk penghormatan. Secara pribadi, saya belum dikonfirmasi. Kapan akan berangkatnya belum bisa dipastikan dan dikonfirmasi, tapi sudah direncanakan," kata Kardinal.
Uskup Agung Jakarta itu berharap agar semangat Paus Yohanes Paulus II menjadi inspirasi untuk menghargai manusia, perdamaian, dan solidaritas.
Next Page: 1 | 2 | 3 |
Sandra Pasaribu
|