Gereja Katolik Hati Kudus di Aceh Tidak Tersapu Tsunami
Pastor Paroki Gereja Hati Kudus, Ferdinando Severi Selamat dari Tsunami Saat Berada di Meulaboh Aceh Barat
Saturday, Jan. 15, 2005 Posted: 9:05:36AM PST
Gereja Katolik Hati Kudus di Aceh yang dibangun pada masa kolonial Belanda, masih berdiri tegak diantara ratusan rumah yang sudah hancur tersapu tsunami.
Gereja itu terletak hanya 10 meter dari Sungai Krueng Aceh, sungai yang membelah Kota Banda Aceh dan membawa air ke darat pada saat gelombang tsunami menerjang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Saat bencana terjadi, Pastor paroki Gereja Hati Kudus, Ferdinando Severi yang sedang berada di Meulaboh, Aceh Barat untuk melayani umat selamat dari terjangan tsunami. Sungguh kuasa Tuhan amat luar biasa.
Sekitar satu kilometer dari Gereja Katolik Hati Kudus, terdapat Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB). Di sisi kiri GPIB, terdapat Gereja Katolik Methodis. Sekitar satu kilometer dari gereja ini, ada gereja HKBP. Semua bangunan gereja itu masih utuh.
Menurut sumber SH, banyak orang Nasrani yang membuka posko di lapangan Neusu dan di kawasan Matai. Namun, SH belum menemukan data berapa jumlah korban dari kaum Nasrani.
Keberadaan gereja dan umat Kristen di Aceh ini tidak terlepas dari pendudukan Belanda. Diawali pembangunan Kapel Hati Kudus sekitar tahun 1885 dengan pastor pertamanya, Pastor Henricus Verbraak, SJ, yang tentara Belanda.
Seiring berjalannya waktu, jumlah jemaat gereja ini bertambah dan berubah; bukan lagi tentara, melainkan masyarakat sipil pribumi dan pegawai pemerintah serta pedagang warga Tionghoa. Pada tahun 1970-an, jumlah jemaat gereja ini mencapai 800 orang, melampaui kapasitas gereja yang hanya mampu menampung 400 orang.
Menurut Yosef Selevinman, Koordinator Mudika Katolik Gereja hati Kudus, Kehidupan toleransi masyarakat muslim dengan kristiani di Aceh sangat toleran, meskipun Aceh memberlakukan Syariat Islam. Tidak ada pengawalan ketat yang terlalu berlebihan saat ada kebaktian atau misa di gereja tersebut.
Sandra N. Natalia
|