Menyambut Natal di Indonesia Umat Kristiani Berharap akan Kedamaian
Ingin Beribadah Tanpa Rasa Takut
Friday, Dec. 24, 2004 Posted: 10:58:47AM PST
|
Seorang wanita menyalakan lilin di Katedral Jakarta, 23 Desember 2004. Katedral Jakarta akan mendapatkan pengamanan paling ketat dari gereja-gereja di Jakarta, demikian diungkapkan pihak kepolisian. (Foto:Tempo Interaktif) |
|
Natal lebih banyak terasa suasananya di mal dan pusat perbelanjaan. Sedangkan ada ketegangan dalam masalah keamanan di gereja-gereja. (Foto: AP) |
|
Pendeta Hutasoit memberkati jemaatnya pada kebaktian yang berlangsung di salah satu delapan gerejanya yang berada di perkantoran di Jakarta. Ia berkata kebaktian di perkantoran agar jemaat tidak mempunyai rasa takut dalam peribadahan. (Foto: AP/Suzanne Plunkett) |
Dalam perayaan Natal, umat Kristiani di Indonesia berharap akan dalam melaksanakan menyambut Kelahiran Yesus Kristus. Para pemimpin agama, pastor, pendeta, tokoh-tokoh, organisasi-organisasi dan tokoh-tokoh Kristiani lainnya semua mengekspresikan harapannya agar Natal kali ini dipenuhi oleh rasa aman dalam beribadah.
Tetapi dilain pihak, karena ketakutan akan pemboman dan penembakan, beberapa umat Kristiani di Indonesia tidak mengadakan peribadatan di gereja tradisional yang ortodoks melainkan di ballroom-ballroom hotel dan perkantoran. Hal ini sudah menjadi pemandangan umum, khususnya di Jakarta.
Dengan berbagai peringatan dan pemerintah luar negeri seperti Australia, Amerika Serikat dan Inggris, puluhan ribu polisi dikerahkan untuk menjaga gereja-gereja diseluruh negeri. Detektor logam akan ditempatkan pada acara-acara kebaktian dan polisi penjaga akan mengawal para pemimpin agama Kristiani.
" Hal itu akan menaruh resiko yang lebih kecil bagi adanya penganiayaan agama," kata Pastor Steve Lunn, yang berasal dari Seattle dimana kebaktian internasional berbahasa Inggris yang diadakan gerejanya melayani sekitar 1000 orang di perkantoran kota Jakarta.
" Orang-orang mengatakan kepada saya mereka merasa lebih aman. Fasilitas itu sendiri bukanlah hal yang paling penting. Tetapi itu hanyalah tempat untuk berkumpul. Hal yang paling penting adalah berkumpul bersama dan menyembah Tuhan."
Serangan terhadap Kristiani yang hanya merupakan 8 persen dari populasi telah meningkat setelah kejatuhan Suharto dan peningkatan radikalisme Islam.
Pihak Kepolisian mengatakan, tahun ini lebih dari 140.000 polisi akan dikerahkan di gereja-gereja, pusat perbelanjaan, dan hotel-hotel dimana orang Barat bisanya berkumpul pada hari Natal.
" Orang-orang masih berada dalam ketakutan," kata Pastor Hengki Ompi, diaman gerejanya diserang pada awal bulan ini oleh kelompok bersenjata di pusat pulau Sulawesi. " Kami berharap serangan dapat berhenti sehingga kami dapat merayakan Natal tanpa rasa takut. "
Pdt. Ruyandi Hutasoit mempunyai delapan gereja di perkantoran di Jakarta, dna gereja yang kesembilan ditutup karena ada pemrotesan dari radikal Muslim.
" Kami mempunyai gereja tetapi itu kosong. Itu tidak adil, " kata Hutasoit, dimana gerejanya yaitu Gereja Kristen yang Bersinar akan mengadakan kebaktian Natal di hotel tahun ini.
Beberapa pemimpin gereja mengatakan halangan-halangna ini dapat dimengerti karena mayoritas muslim di negara ini, dan juga mengetahui Muslim menghadapi masalah serupa di beberapa daerah dimana didominasi oleh Kristiani.
Tetapi yang lain mengatakan pembatasan merefleksikan meningkatnya tidak ada toleransi terhadap minoritas umat beragama.
" Kami mempunyai kebebasan lebih dari katakanlah Afghanistan dan Pakistan ... tetapi faktanya adalah umat Kristiani adalah warga negara kelas dua," kata Pastor Bill Heckman, seorang Belanda yang telah mencoba enam tahun untuk membangun gereja di Jakarta.
Pertikaian sporadis antara Muslim dan Kristiani di timur dan pusat Indonesia telah membunuh sekitar 10.000 orang dan hilangnya ratusan ribu orang sejak tahun 1999.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra N. Natalia
|