Katedral Ulaanbaatar Menjadi 'Place of Belonging' Bagi Komunitas Lokal
Uskup Agung Tscherrig Asal Switzerland Terpilih Sebagai Duta Vatikan Menggantikan Uskup Agung Giovanni Morandini
Monday, Dec. 13, 2004 Posted: 8:39:17PM PST
Katedral St. Petrus dan Paulus secara resmi mampu menampung hampir dua kali lipat jumlah umat Katolik setempat di Mongolia, tetapi penerima umat di katedral itu sibuk membawa masuk kursi tambahan untuk sebuah Misa baru-baru ini.
Tanggal 28 November, bangku-bangku di katedral sudah penuh, tapi orang-orang terus berdatangan lewat pintu-pintu. Ini terjadi karena umat Katolik dari tiga paroki di Ulaanbaatar dan lainnya membanjiri katedral untuk menyambut Uskup Agung Emil Paul Tscherrig, duta Vatikan yang baru untuk Korea dan Mongolia.
Anak laki-laki dan perempuan yang menjadi penerima tamu mengenakan pakaian coklat muda dan membawa lebih banyak kursi dari ruang-ruang kelas dan aula serbaguna di lantai bawah.
Katedral yang diberkati pada Agustus 2003 oleh Crescenzio Kardinal Sepe (Prefek Kongregasi untuk Penginjilan Bangsa-Bangsa), memiliki pengaruh walaupun tidak langsung diakui sebagai gereja. Undang-undang Mongolia tidak membolehkan pemasangan salib di luar gedung apapun kecuali di gereja Rusia Ortodoks dekat katedral.
Meski demikian, katedral Katolik itu dibangun dengan empat sayap menjulur keluar dalam bentuk salib. Empat sayap itu menjulur ke luar dari bagian pusat gedung itu. Pusat gedung itu sendiri berbentuk seperti sebuah "ger" (tenda bulat tradisional Mongolia) yang besar. Bagi banyak orang, katedral itu merupakan salah satu bangunan terbesar dan sangat berkesan di ibukota negara itu.
Uskup Wenceslao Padilla CICM, Prefek Apostolik Ulaanbaatar, yang turut mendesain katedral itu dengan arsitek orang Serbia, Predak Stupar, menegaskan bahwa kesan yang ditimbulkannya itu sangat penting. "Bangunan itu indah, dan memang haruslah demikian, agar orang-orang terilhami untuk meningkatkan iman mereka," katanya kepada UCA News.
Namun, lanjut uskup itu, "sebuah gereja haruslah menjadi tempat yang membuat orang yang memasukinya merasa lega, nyaman, dan yakin. Orang menemukannya sebagai sebuah 'place of belonging' (tempat yang tidak asing)."
Gedung Katedral St. Petrus dan Paulus dipakai untuk kantor-kantor paroki, sebuah klinik untuk orang miskin, sebuah perpustakaan Katolik, sebuah sekolah Bahasa Inggris, sebuah aula besar untuk ruang pertemuan, dan sebuah pusat penelitian studi-studi bahasa Mongolia. Mulai 2005, sebuah taman kanak-kanak juga akan menempati gedung itu.
Bruder Mark dari kelompok Taize asal Korea sudah mengerjakan jendela-jendela berwarna itu selama lebih dari setahun. "Apa yang kalian lihat sekarang di jendela-jendela itu bukanlah seni," katanya kepada sekelompok orang Mongolia dan umat Katolik asing yang mengelilinginya, 28 November, ketika dia berdiri dengan jubahnya yang putih di antara kerumunan yang mengenakan pakain bulu.
"Itu kertas perak vinil, dan saya melakukan ini hanya untuk mengisi ruang-ruang itu. Kaca jendela yang tengah saya kerjakan akan menimbulkan keseimbangan antara cahaya dan semangat pedesaan Mongolia ke gereja ini," katanya.
Khalayak yang memadati gereja itu bersiap menyalami Uskup Agung Tscherrig. Mereka memberi kesaksian bahwa Gereja lokal telah berakar. Kunjungan Uskup Agung bersama Presiden Mongolia Natsagiin Bagabandi dan para pejabat pemerintah memperlihatkan bahwa misi Katolik di Mongolia telah diterima baik dan telah menyelesaikan banyak hal yang baik sejak para misionaris pertama, termasuk waktu itu Pastor Padilla, tiba tahun 1992.
Next Page: 1 | 2 |
Eva N.
|