Umat Katolik Manado akan Mengadakan Prosesi di Jalan Raya
Saturday, Dec. 11, 2004 Posted: 4:41:50PM PST
Umat Katolik dari sejumlah paroki di Keuskupan Manado, ibukota Sulawesi Utara, merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam dengan prosesi di jalan raya.
Lebih dari 4.000 umat Katolik dari 12 paroki di wilayah Kota Manado yang mayoritas Kristen, berkumpul di Kecamatan Malalayang, ke arah barat Manado. Pada 21 November, mereka melakukan prosesi dari Lapangan Bantik menuju Gereja St. Theresia, sejauh satu kilometer.
Pastor Benny Salombre membuka prosesi dengan mengutip perkataan Paus Pius XI, "Hari Raya Kristus Raja bertujuan untuk menyatakan kekuasaan Kristus di atas individu, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan bangsa dalam sikap yang penuh makna dan efektif." Paus menetapkan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam pada tahun 1925 di tengah munculnya komunisme, fasisme, nasionalisme, dan ideologi-iedologi sekular lainnya.
Sebelum prosesi, Gubernur Sulawesi Utara Adolf Jouke Sondakh mendorong umat Katolik agar menumbuhkan kehidupan berlandaskan kasih sebagai "wujud" pewartaan iman Katolik yang mereka hayati.
Gubernur beragama Protestan itu juga menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada umat Katolik yang telah memelopori kerukunan antaragama. "Contoh baik ini harus terus dipelihara dan ditiru oleh umat beragama lainnya," katanya. Jumlah umat Protestan dan Islam lebih banyak dibanding umat Katolik di propinsi itu.
Sondakh menyebut teladan Pastor Marcel Rarun MSC dari Manado, yang menciptakan sebuah lagu yang, menurut gubernur, telah meningkatkan kerukunan antaragama di Sulawesi Utara. "Lagu ini sudah menjadi lagu ekumenis. Umat Katolik, Protestan dan bahkan kaum Muslim mencintai lagu ini," katanya.
Selama prosesi, umat paroki membawa ratusan spanduk bertuliskan: "Kristus Raja Semesta Alam," beberapa ditulis dalam bahasa Cina.
Christoffel Lumi dari Paroki St. Ignatius di Manado mengatakan kepada UCA News, "Sekitar 40 persen dari umat paroki kami ini keturunan Cina."
Paroki-paroki di luar Dekenat Manado, yang memiliki 12 paroki yang mengikuti prosesi di Malalayang, juga mengadakan sejumlah prosesi.
Salah satunya adalah Paroki St. Yohanes Penginjil di Laikit, timur Manado. Sekitar 1.500 umat Katolik dari lima stasi misi dan 17 wilayah mengikuti prosesi sejauh tiga kilometer melewati jalan raya dari Gereja St. Fransiskus Xaverius menuju Gereja St. Ursula.
Pastor Jan Sareta MSC, seorang imam tamu dari Halmahera, Propinsi Maluku Utara, mengatakan kepada UCA News sesaat kemudian bahwa mengadakan prosesi melewati jalan raya di Sulawesi Utara mungkin dilakukan karena di sana ada kerukunan antaragama.
Dikatakan, umat Protestan dan kaum Muslim di sepanjang jalan raya menonton prosesi tersebut dengan penuh hormat. "Umat Katolik di tempat lain sulit menghayati iman mereka secara leluasa di tempat umum," lanjutnya.
Maluku Utara yang mayoritas Muslim dipisah dari Propinsi Maluku tahun 1999, ketika terjadi pertikaian Kristen-Muslim awal tahun itu. Pertikaian tersebut menewaskan sekitar 6.000 orang dan mengungsikan ratusan ribu lainnya, dan berakhir tahun 2002. Pertikaian mulai terjadi di Ambon, Maluku bagian selatan, yang mayoritas berpenduduk Kristen.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra N. Natalia
|