Koferensi BISCOM ke-5 Memutuskan untuk Menciptakan Budaya Dialog
Dialog Agama adalah Jalan Hidup
Saturday, Dec. 11, 2004 Posted: 4:41:36PM PST
Dialog antaragama itu pada hakekatnya merupakan sebuah komunikasi. Hal ini harus direnungkan dalam sikap dan program pembinaan di semua jenjang Gereja, demikian saran pertemuan komunikasi Gereja Asia.
Fifth Bishops' Institute for Social Communication (BISCOM V), yang diselenggarakan 22-27 November di Bali, Indonesia, dihadiri 70 peserta dari 21 negara. Dalam pernyataan akhirnya, mereka menekankan pentingnya komunikasi sosial dalam menyebarluaskan nilai-nilai dan meningkatkan dialog antaragama.
"Sadar dan tahu bahwa Allah itu Bapa semua orang dan kita semua adalah saudara, dan bahwa 'Komunikasi adalah jantung Gereja,' kami melihat komunikasi itu penting untuk mengembangkan Dialog Antaragama yang efektif di semua jenjang Gereja," kata peserta.
"Dialog Antaragama hendaknya menjadi suatu way of life (jalan hidup), dan tidak lagi merupakan suatu pilihan melainkan suatu keharusan bagi semua Gereja," lanjut mereka.
Para uskup, teolog, pakar, dan pekerja Gereja di bidang komunikasi dan dialog antaragama juga mengatakan bahwa lembaga-lembaga Gereja harus memelihara "budaya dialog." Budaya itu mempersiapkan dan memperlengkapi mereka dengan ketrampilan yang dibutuhkan agar bisa melibatkan diri dalam dialog dan memberikan kontribusi bagi budaya perdamaian dan kerukunan.
Kantor Komunikasi Sosial Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (FABC-OSC) mengorganisir seminar-lokakarya di Denpasar, Bali, itu dengan tema "Dialog Antaragama sebagai Komunikasi."
Pesertanya adalah seorang kardinal, 10 uskup agung, dan 20 uskup serta para imam, biarawati, dan umat awam yang berkarya di bidang komunikasi sosial Gereja dan pelayanan dialog antaragama.
Yunita Tjokrodinata
|