Penghargaan Dianugerahkan kepada Seorang Umat Katolik atas Dedikasi dalam Pembangunan Desa
Saturday, Dec. 11, 2004 Posted: 4:41:30PM PST
Penghargaan terus berdatangan kepada Anton Soedjarwo, yang mencurahkan sebagian besar hidupnya untuk mengupayakan pembangunan desa.
Baru-baru ini, umat Katolik berusia 56 tahun itu menerima penghargaan tertinggi di tanah air, yang mengakui warga negara tidak hanya atas prestasi saja tapi juga atas dedikasi sepanjang hidup untuk melayani masyarakat.
Pada 7 November, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan penghargaan Satya Lencana kepada Soedjarwo atas dedikasinya terhadap lingkungan hidup. Tahun 1980, Soedjarwo menerima Kalpataru (penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup). Tiga tahun kemudian, ia menerima Ramon Magsaysay Award for Community Leadership.
Selama 32 tahun terakhir, karyanya berpusat sekitar Yayasan Dian Desa yang didirikannya 1972 ketika dia masih sebagai mahasiswa teknik sipil dan dosen part-time di Universitas Katolik Atmajaya. Namun Yayasan Dian Desa tidak hanya berkarya di bidang lingkungan hidup. "Ini hanya salah satu dari berbagai pelayanan kami," jelasnya kepada UCA News, 20 November.
Yayasan Dian Desa juga aktif di bidang pertanian dan perikanan, pendanaan usaha kecil, pengembangan industri kecil, pengolahan limbah, pengadaan air bersih, dan sanitasi. Seksi pengadaan energi yang dapat diperbarui memfokuskan energi biomassa dari bahan organik serta tenaga matahari dan air.
Yayasan Dian Desa dibentuk untuk menyebarluaskan penggunaan teknologi tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan. Inspirasi tersebut muncul ketika Soedjarwo dan teman-teman kuliahnya menangani sebuah proyek desa bersama-sama. Banyak petani menghabiskan waktu lima atau enam jam setiap hari untuk mendapatkan air, dan para mahasiswa itu menggunakan keahlian teknik sederhana untuk memasang suatu sistem pengairan dengan menggunakan bambu untuk menyalurkan air ke desa dari sebuah sumber yang terletak beberapa kilometer.
Yayasan Dian Desa memiliki program penelitian, pengembangan, dan pelatihan, dan dilengkapi sebuah divisi pendukung (support division). Divisi itu mencakup bengkel logam untuk percobaan dan pengembangan hal-hal yang menjadi cikal bakal, laboratorium untuk menguji kualitas air, dan pelayanan multimedia.
"Kegiatan rutin yang kami lakukan adalah memberikan pelatihan kepada generasi muda dan rekan-rekan LSM lain dengan berbagai topik berkaitan dengan teknologi tepat guna," kata Soedjarwo.
Tentang visi, Soedjarwo menggambarkannya sebagai bantuan untuk membuat masyarakat mengembangkan kekuatan mereka dalam menerapkan teknologi tepat guna untuk mengatasi masalah, meningkatkan standar hidup, dan meningkatkan kemandirian mereka.
Menurutnya, Yayasan Dian Desa menjadi katalisator untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada masyarakat warga desa. Warga desalah yang kemudian menyempurnakan dan menyebarluaskannya.
Yayasan Dian Desa melayani warga desa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Yayasan tersebut juga memperluas pelayanannya ke Kamboja, tapi sasaran berikutnya adalah kembali ke Indonesia. "Dalam waktu dekat, kami akan melayani masyarakat di Maluku, khususnya Ambon," ibukota Propinsi Maluku. Pertikaian Kristen-Muslim sejak 1999-2002 di Kepulauan Maluku menewaskan sekitar 6.000 orang dan mengungsikan ratusan ribu lainnya.
Next Page: 1 | 2 |
Eva N.
|