Ketua Umum tunggal dan Sekretaris Umum PGI Terpilih
Dari Calon Tunggal: Pendeta Dr Andreas A Yewangoe dan Pdt Dr Richard Daulay
Monday, Dec. 6, 2004 Posted: 11:42:21AM PST
Pendeta Dr Andreas A Yewangoe dan Pdt Dr Richard Daulay dipilih menjadi calon Ketua Umum tunggal dan Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) periode 2004-2009 oleh panitia nominasi Sidang Raya XIV PGI pada tanggal 4 November pagi. Penetapan keduanya menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Umum PGI dilangsungkan 4 November petang dalam sidang pleno.
Sementara itu, sidang panitia nominasi Sabtu siang diwarnai aksi demonstrasi dari unsur pemuda dan wanita yang dilatarbelakangi ketidakpuasan pemuda dan wanita yang menilai komposisi dalam struktur Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI periode mendatang sangat tidak berpihak pada dua unsur tersebut.
Menurut Ketua Pemuda Kerapatan Gereja Protestan Minahasa, Tenni Assa, hasil pertemuan raya Gereja merekomendasikan dua unsur anggota pemuda duduk dalam struktur MPH yakni 1 ketua dan 1 anggota. Tetapi hasil panitia nominasi sama sekali belum mengakomodasi kepentingan pemuda. Pemuda tidak memperoleh jatah kursi di jajaran ketua PGI. Demikian pula halnya dari perwakilan Pertemuan Raya Wanita Gereja (PRWG) yang memutuskan menempatkan lima wanita dalam struktur MPH yang berjumlah 15 orang. Namun panitia nominasi hanya memberikan jatah 1 hingga 2 kursi kepada wanita.
Menurut Ketua Sekolah Tinggi Theologia Jakarta, Robert Borrong, tantangan PGI ke depan sangat berat. Ia mencontohkan perlu dilakukan konsolidasi antaranggota PGI sehingga tidak terjadi polarisasi atau pengkubuan dalam tubuh PGI. Ia mengatakan, saat ini terkesan dalam tubuh anggota PGI terdapat faksi, yakni ada yang bernama gerakan oikumenikal dan pengelompokan gerakan injili.
Dikatakan, pengurus PGI ke depan harus benar-benar mampu mengerjakan hal-hal yang strategis, baik di dalam tubuh PGI itu sendiri maupun di luar struktur, yakni layanan pada masyarakat.
Untuk bagian internal, PGI wilayah dan sinode-sinode gereja harus dioptimalkan agar mampu menyelesaikan persoalan di wilayah masing masing. Sedangkan di tingkat nasional menjadi urusan PGI pusat.
Sedang untuk eksternal, kerja sama antara umat beragama harus menjadi perhatian utama PGI.
Ia juga mengemukakan hal yang sangat penting diperhatikan PGI ke depan, yakni masalah kaderisasi. Artinya, gereja-gereja harus mempersiapkan kader muda yang mampu dan cakap untuk memimpin PGI ke depan.
Dishop Intisokhi Gea, Ketua Sinode Gereja Amin, mengatakan, duet kepemimpinan PGI ke depan harus memperlihatkan sikap kebapakan, Artinya, memperhatikan problem dari gereja-gereja anggotanya khususnya gereja yang terpencil dan jauh dari Jakarta.
Pdt Salomo Sawor dari Gereja Kristen Indonesia di Biak, mengharapkan PGI mendatang harus seperti ''super church'' dengan tugas utama melayani. Menurutnya, ciri persekutuan PGI harus tampak karena mereka bukan hanya menjadi bos, tetapi yang utama membuat kegiatan-kegiatan dan mendukung gereja-gereja anggota.
Sandra N. Natalia
|