Sidang Raya PGI Menolak Adanya Polarisasi Umat
Perlunya Kebersamaan agar Umat Kristen Dapat Menghadapi Perkembangan dan Perubahan
Tuesday, Nov. 30, 2004 Posted: 7:26:00PM PST
Ketua PGI Nathan Setiabudi mengatakan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)menolak tolak polarisasi dan upaya memecah belah umat Kristen. Upaya pemecah-belahan itu harus dinetralisir dengan kebersamaan agar umat Kristen dapat menghadapi perkembangan dan perubahan situasi politik, demikian dikatakan Nathan usai memberikan keterangan pers dalam rangka Sidang Raya PGI ke XIV yang akan diselenggarakan akhir November hingga 5 Desember.
Sidang Raya XIV PGI ini akan dihadiri oleh delegasi dari 79 gereja anggota se-Indonesia sejumlah 550 orang dan dihadiri oleh mitra dalam negeri maupun luar negeri. Sejumlah tokoh di undangan menjadi pembicara dan Sidang Raya ini, seperti Prof. DR. Azyumardi Azra, Rm. DR. Mardiatmaja, SJ, DR. Musdah Mulia, dan KH DR. Ahmad Mubarok (NU), M. Najib (Muhammadiyah). Sidang akan dilangsungkan di Kinasih, Caringin Bogor.
Sementara itu, hari ini Pertemuan Raya Wanita PGI dimulai. Dipastikan 400 utusan kaum ibu dari 79 sinode se-Indonesia akan berkumpul di Kinasih Cemerlang, Caringin, Jawa Barat. Dari Jerman dan Asia Confrence Woman Church (ACWC) sudah dipastikan akan hadir.
Sidang Raya XIV PGI yang diselenggarakan lebih awal ini merupakan hasil kompromi kebersamaan yang disepakati pada Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL)-PGI di Lembang, 2-8 Oktober 2003. Menurut keputusan SR XIII di Palangkaraya tahun 2000, SR XIV akan diadakan pada bulan Mei 2005, namun karena kebutuhan untuk mengonsolidasikan PGI di tengah kemajemukan pendapat agar dapat menghadapi perkembangan situasi politik nasional, SR XIV ini dilaksanakan lebih awal.
Pdt Nathan Setiabudi mengatakan, berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan umat Kristen hanya bisa dihadapi oleh umat Kristen apabila keesaan gereja terwujud secara nyata. Berbagai persoalan seperti korupsi, pelanggaran HAM, ketidakadilan, konflik di daerah-daerah, hambatan beribadah, bencana alam, kemiskinan, dan persoalan lainnya merupakan tantangan bagi gereja-gereja untuk menjawab secara proporsional. PGII sebagai bagian dari civil society sedang mempersiapkan diri untuk bersama agama-agama lain menyelesaikan persoalan-persoalan yang melilit bangsa.
Sekretaris Umum PGI Pendeta DR. I.P. Lambe menegaskan bahwa PGI akan bersikap independen dan tidak cukup lagi menyesuaikan diri dengan situasi, tetapi akan berdiri didepan bersama agama-agama lainnya untuk terlibat dalam persoalan-persoalan masyarakat. Gereja harus kembali melayani masyarakat dan tidak lagi eksklusif serta harus terlibat dalam penguatan masyarakat.
Sandra N. Natalia
|