Minggu Pembelaan WCC: Tahun 2005 akan Menjadi Tahun Penting untuk Pembelaan Gereja
Tuesday, Nov. 23, 2004 Posted: 12:58:48PM PST
|
Welly Esau Mandowen wakil Indonesia di WCC (kiri) beserta dengan pemimpin-pemimpin lain |
|
Church Center di PBB, New York |
|
Kebaktian Minggu Pembukaan WCC 14 November di Church Center, PBB |
Konsili Gereja-gereja Sedunia (World Council of Churches-WCC) pada tanggal 22 November menyatakan dengan berita mengenai Sudan dan Irak yang mendominasi topik utama berita dan proses kajian penting terhadap masalah Perjanjian Non-Perkembangan Nuklir, reformasi PBB dan Tujuan Perkembangan Milenium, dengan semua topik-topik itu dalam agenda internasional, gereja-gereja diseluruh dunia akan mempunyai peran yang kritis dalam pembelaan di tahun 2005.
Itu adalah pemandangan umum dalam Minggu Pembelaan dan Urusan Internasional dari WCC yang diadakan dari tanggal 14-19 November. Minggu itu mengaris-bawahi lebih dari saat ini peran dari agama di politik dan urusan internasional meminta perhatian dan tindakan dari gereja-gereja.
Direktur Komisi Gereja-gereja untuk Urusan Internasional WCC (CCIA) Peter Weiderud mengatakan disalah satu sesi final, " Dengan menekankan dasar etika dan kemanusiaan, dengan memberikan suara kepada yang tidak dapat bersuara, dengan berfokus kepada kesamarataan dan harapan, dengan menekankan pentingnya pertemuan budaya-budaya, dengan menjadi oikumene, agama akan membuat kontribusi yang amat diperlukan dan konstruktif kepada lingkungan kita.“
Partisipan adalah pemimpin-pemimpin kunci di area urusan-urusan internasional dari seluruh dunia dimana mereka membawa konflik-konflik yang terlupakan ke depan perhatian gereja dan membangkitkan kesadaran dari antara anggota-anggota gereja akan urusan-urusan internasional dan membuka dialog dengan pemimpin politik nasional serta mempromosikan dunia yang mempunyai kedamaian dan keadilan sesungguhnya.
Program yang penuh dari event-event bertempat di kota New York dan menawarkan para peserta kesempatan untuk berbagi informasi vital, adanya solidaritas dan strategi dalam pekerjaan CCIA dan juga dalam pekerjaan pembelaan pada level lokal, nasional dan regional di gereja-gereja di seluruh dunia. Seminar-seminar publik di PBB adalah kesempatan bagi para pemimpin, para ahli di masalah urusan internasional dan orang-orang dari lingkungan social yang lebih luas untuk berdialog dalam event-event dan isu-isu saat ini.
Welly Esau Mandowen dari Papua Barat, Indonesia mengatakan, “ Program ini juga menawarkan tempat untuk mengekspresikan tangisan dari orang-orang di negara saya dan juga mendengar dari orang lain yang merupakan bagian dari perjuangan universal untuk meraih kedamaian dan keadilan. “
Selama minggu itu berlangsung, para partisipan mendengar bukti bahwa beberapa dari proses ini telah mengambil titik balik positif yang memimpin kepada solidaritas yang lebi besar dalam gerakan oikumene global dan meningkatkan dukungan untuk pekerjaan sulit yang masih ada di depan.
Peter Weiderud menyimpulkan dalam acara penutup bahwa “Tanpa menjadi lumpuh karena kenyataan di dunia ini, kita sebagai gereja-gereja dipanggil untuk menawarkan harapan dan janji dan juga memanggil untuk bertobat yang didasari pada Injil. Kita harus meneruskan komitmen oikumene untuk mempromosikan dunia yang adil, damai, berpartisipasi dan seimbang.“
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|