Tokoh Katolik Kecam Diskriminasi Terhadap Sekolah-Sekolah Katolik
Wednesday, Jul. 28, 2004 Posted: 8:07:19PM PST
COLOMBO -- Sekolah-sekolah Katolik di Sri Lanka mencatat rekor pelayanan yang baik bagi seluruh masyarakat di negara itu, namun mereka masih mengalami perlakuan diskriminatif, kata direktur pendidikan Katolik tingkat nasional.
Pastor Ivan Perera menyampaikan tuduhan ini, 9 Juli, saat menyoroti apa yang disebutnya sebagai sumbangan penting sekolah-sekolah Katolik untuk masyarakat Sri Lanka dalam sebuah seminar yang terfokus pada tema itu. Sekitar 25 pendidik, pengacara, aktivis hak asasi manusia (HAM), dan lainnya menghadiri acara yang diorganisir oleh Aliansi Kristen untuk Aksi Sosial (Christian Alliance for Social Action) di auditorium Caritas Sri Lanka di Colombo.
Saat menyampaikan pemrasarannya, Pastor Perera mengatakan, "Globalisasi menantang kita untuk membangun pribadi-pribadi manusia yang baru guna membangun sebuah dunia yang baru," dan sekolah-sekolah Katolik berusaha bertindak "dalam semangat keterbukaan bagi semua orang, pelayanan cinta kasih bagi semua orang, dan keterbukaan bagi dunia." Meskipun demikian, tegasnya, sekolah-sekolah Katolik masih diperlakukan secara diskriminatif dan tidak diakui, terutama karena pemerintah gagal memberi "status nasional" bagi sekolah-sekolah yang dikelola Gereja meskipun mereka melayani semua orang.
Ia juga bicara tentang persoalan yang muncul karena permintaan banyak tapi ruang (sekolah Katolik) terbatas. Misalnya, katanya, Biara Ave Maria di Negombo, suatu wilayah Katolik yang terletak sekitar 40 kilometer utara Colombo, baru-baru ini membuka sebuah cabang untuk menampung calon siswa yang ditolak karena tidak ada tempat.
Menurut Pastor Perera, sekolah-sekolah Katolik tengah mencari cara-cara alternatif untuk menyelesaikan persoalan ini dan tantangan-tantangan lainnya, termasuk cara penanganan sumbangan-sumbangan yang diterima. Sekarang ini, sumbangan-sumbangan diterima setelah penerimaan siswa disetujui.
Sekolah-sekolah yang dikelola lembaga-lembaga agama Buddha dan Katolik dinegerikan beberapa dekade lalu. Pemerintah mengijinkan perusahaan-perusahaan swasta mengelola sekolah-sekolah atau membuka cabang-cabang dari sekolah-sekolah yang sudah ada. Oleh karena itu, Gereja mendirikan perusahaan swasta yang memungkinkannya membuka semakin banyak sekolah, khususnya untuk anak-anak Katolik. Namun para siswa beragama lain juga diterima, dan mereka diberi pelajaran agama sesuai agamanya, seperti yang terjadi di sekolah-sekolah negeri.
Pastor Perera juga mengatakan, Gereja selalu mempertahankan standar baik bagi sekolah-sekolahnya dan peluang yang sama bagi semua. Gereja bahkan memberi beasiswa kepada para pelajar miskin tapi pintar. Dia menambahkan, Gereja juga mendukung pilihan -- sekolah yang dibantu dengan biaya dari pajak negara dan sekolah yang gratis.
Pensiunan pendidik itu juga mengamati bahwa sekolah-sekolah Katolik menonjol dalam disiplin, pemeliharaan dasar iman dan agama, serta peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan bahasa Inggris. Semua ini mendukung ekumenisme dan dialog. Sekolah-sekolah Katolik juga menghasilkan banyak pekerja Gereja.
Next Page: 1 | 2 |
|