Berkurang, Warga AS Yang Kaitkan Islam Dan Terorisme
Hasil jajak pendapat yang diumumkan sebuah lembaga independen di AS, Rabu, tidak lama setelah kasus bom London, menunjukkan bahwa orang Amerika makin yakin bahwa terorisme tidak ada kaitannya dengan kaum Muslim ataupun ajaran Islam
Thursday, Jul. 28, 2005 Posted: 10:25:34AM PST
Hasil jajak pendapat yang diumumkan sebuah lembaga independen di AS, Rabu, tidak lama setelah kasus bom London, menunjukkan bahwa orang Amerika makin yakin bahwa terorisme tidak ada kaitannya dengan kaum Muslim ataupun ajaran Islam.
Lembaga survey "Pew Forum on Religion and Public Live", menyimpulkan hal tersebut setelah mensurvey 2.000 orang dewasa di AS antara tanggal 7 Juli (saat terjadi ledakan bom di London) dan 17 Juli, Antara melaporkan.
Sebanyak 55 persen responden mengatakan bahwa mereka memiliki kesan yang baik terhadap warga Muslim di AS.
Persentase pendapat tersebut meningkat dibandingkan ketika Pew Forum mengadakan survey pada Maret 2001, yang hanya 45 persen, atau pada tahun 2003 (51 persen).
Sebanyak 36 persen responden juga menyatakan tidak yakin bahwa Islam mendorong kekerasan, sementara survey tahun 2003 masih ada 44 persen yang menilai Islam mengajarkan kekerasan.
Responden yang umumnya berlatar belakang agama Katolik, Protestan, dan sekuler tersebut sebagian besar juga menilai bahwa Islam sama dengan agama-agama lainnya yang mengajarkan kedamaian.
Pada topik kaitan antara agama dan konflik global, responden Pew Forum tampak semakin yakin bahwa kasus terorisme akhir-akhir ini bukan sebagai bentuk konflik antara peradaban AS/Eropa atau barat di satu pihak dan Islam di lain pihak.
Hanya 29 persen responden yang menyebut sebagai konflik antara barat dan Islam, lainnya (60 persen) menyatakan bahwa gerakan terorisme hanya dilakukan oleh kelompok kecil radikal, bukan mewakili Islam secara keseluruhan.
Hasil survey tersebut disambut gembira oleh Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) yang berpusat di Washington DC.
"Orang Amerika tampaknya makin mengerti bahwa Islam, seperti juga Kristen, tidak bisa dikaitkan dengan gerakan kelompok kecil ekstrimis," kata Direktur CAIR Nihad Awad dalam pernyataannya, Rabu.
Sementara itu, Putut Widjanarko, mahasiswa doktoral Ohio University yang sedang menyusun tesis tentang masyarakat Muslim Indonesia di New York mengatakan bahwa respon positif tersebut tidak lepas dari upaya para tokoh-tokoh Muslim di AS.
"Mereka memanfaatkan berbagai media di Amerika untuk mencegah opini yang keliru mengenai Islam," kata Widjanarko.
Dia mencontohkan yang dilakukan CAIR yang membuat petisi "Not in the name of Islam" dan disebarkan keseluruh dunia untuk menegaskan bahwa warga Muslim dunia tidak mendukung aksi terorisme yang membawa-bawa nama islam.
Sandra Pasaribu
|