PBB: Penyaluran Bantuan di Indonesia-Srilanka Tidak Lancar
Kofi Annan akan mengunjungi Aceh 7 Januari setelah mengikuti konferensi kerja sama penanganan korban Tsunami di Jakarta.
Tuesday, Jan. 4, 2005 Posted: 12:54:05PM PST
|
Sekjen PBB Kofi Annan ( kiri ) didampingi Koordinator Badan Bantuan Darurat PBB Jan Egeland ( kanan ) sedang berbicara mengenai bantuan kemanusiaan untuk korban bencana tsunami di Asia. Foto : AFP/ Stan Honda |
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengaku masih sangat sulit menyalurkan bantuan untuk korban gempa dan Tsunami, terutama yang ada di Indonesia. Padahal, bantuan kemanusiaan terus mengalir. Demikian diungkapkan Koordinator Badan Bantuan Darurat PBB Jan Egeland pada Senin 3 Januari di New York, Amerika Serikat.
Egeland mengatakan, di seluruh negara yang terkena bencana Tsunami bantuan kemanusiaan mulai bisa disalurkan kepada korban. Namun, di beberapa negara lainnya, terutama Indonesia dan Srilanka, penyaluran bantuan tidak lancar. Di Srilanka diperlukan waktu tiga hari untuk mendistribusikan bantuan pangan bagi 700.000 korban. Di Indonesia, jauh lebih lama. Dikhawatirkan kondisi ini akan menambah jumlah korban jiwa dan bukan mustahil mencapai 150.000 jiwa.
Menurut Egeland, jumlah total bantuan kemanusiaan untuk korban di seluruh negara yang dilanda Tsunami hingga kini mencapai lebih dari US$ 2 miliar. Sementara untuk dana rekonstruksi, PBB akan mengajukan permohonan bantuan lagi, jumlahnya akan jauh lebih besar.
Egeland mengatakan, Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan akan mengunjungi Nanggroe Aceh Darussalam pada 7 Januari mendatang. Selain untuk memantau penanganan korban, Annan akan bertemu dan berbicara langsung dengan korban di Aceh. Kunjungan akan dilakukan setelah konferensi internasional tentang kerja sama penanganan korban bencana Tsunami di Jakarta.
Dia menambahkan, untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan global, PBB sudah mendirikan pusat-pusat logistik gabungan di Roma, Jakarta, dan Aceh. PBB juga membentuk pusat komando dan pengawasan di Thailand serta pusat-pusat koordinasi operasi di Jakarta dan Banda Aceh.
Sebenarnya alat-alat berat, seperti crane dan alat penggali sudah dipakai untuk membuka jalan bagi petugas penyelamat. Namun banyak warga mengeluhkan lambannya proses itu. Bahkan sejumlah wilayah bencana sama sekali belum didatangi petugas. Karena itulah diputuskan untuk memanfaatkan gajah, terutama untuk pencarian di daerah bencana yang tidak bisa dijangkau alat modern. Salah satu kelebihan gajah adalah kemampuannya mencapai lokasi yang berlumpur, berbukit-bukit atau hutan lebat.
Selain merenggut puluhan ribu korban jiwa, bencana Tsunami juga meluluhlantakkan desa dan kota. Di Srilanka, salah satu kota yang dilumat gelombang Tsunami adalah Hambantota yang kini hanya tinggal puing-puing.
Sebelum bencana, Hambantota adalah sebuah kota menyenangkan bagi sekitar 20.000 penduduknya yang sebagian besar adalah nelayan. Namun kini Hambantota seperti tidak pernah ada. Kota ini telah luluhlantak. Hanya tumpukan sampah dan puing-puing yang ditemukan. Seluruh permukiman, tanpa kecuali hancur. Seluruh keluarga dari berbagai generasi hilang direnggut Tsunami.
Sekitar 5.000 mayat ditemukan di Kota Hambantota. Dan dipastikan masih banyak lagi mayat yang akan ditemukan. Diduga kuat banyak mayat masih tertimbun tumpukan sampah dan puing-puing bangunan. Bagi korban selamat pun keadaan masih serba sulit. Mereka tidak lagi punya tempat tinggal dan hari-hari mereka dilewatkan dengan mengantre ransum selama berjam-jam.
Next Page: 1 | 2 |
Yunita Lee
|