Jalan Damai & Doa Bersama Gereja-gereja & Umat Lintas Agama Digelar di Jakarta
Puluhan ribu orang melakukan doa bersama di Jakarta pada hari Sabtu sekaligus meminta komitmen pemerintah untuk menjamin kebebasan beragama di tanah air
Tuesday, Sep. 6, 2005 Posted: 10:44:20AM PST
|
(Foto: Pembaruan/YC Kurniantoro) |
|
(Foto: Detik.com) |
|
(Foto: Detik.com) |
Puluhan ribu orang melakukan doa bersama di Jakarta pada hari Sabtu sekaligus meminta komitmen pemerintah untuk menjamin kebebasan beragama di tanah air.
Sekitar 10.000 orang melakukan pawai damai menuju Monas dan melakukan doa bersama Sabtu (3/9) petang dan berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta. Mereka datang dari berbagai gereja di seluruh Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi. Bahkan beberapa perwakilan dari Papua, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat.
Di tengah kerumunan terlihat mantan Presiden RI KH Abdurrachman Wahid (Gus Dur), mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tanjung, pengacara OC Kaligis, wakil PDIP, DR. Elenora Moniung, Wakil Fatayat NU, Hj. Imas Marsito, istri Muhaimin Iskandar, Gus Sollah Anwar dari Madura, Wakil dari Kong Hu Chu Onggo Wijaya, aktivis lintas agama Mariani Suwandi, Nino Ponggawa dan anggota DPD, Ir. Marhaini Pua. Artis Roy Marten, Franky Sahilatua, dan Nindy Ellese ikut berpartisipasi. Juga dari kalangan umat Katolik terlihat dengan kehadiran beberapa orang suster berkerumun.
Beberapa pimpinan Kristen ikut dalam doa bersama sore itu di Monas. Di antaranya Pengurus PGIW Jakarta, Ny. RA Tobing dan DR Chevrolet, Imam Santoso dari Jaringan Doa Nasional, Robinson Nainggolan dari Gereja Pantekosta, DR. Pdt. Japarlin Marbun dari Gereja Injili, Pdt. Suryadi dan Conrad Supit dari GBI. Pdt. Gunawan Hartono dari Isa Almasih. Pdt. Yandi Syarif dari Bandung, dan jemaat gereja Ciledug.
Ratusan pasukan NU ini ikut serta bersama petugas Polda Metropolitan Jakarta Raya dalam pengamanan pawai yang dinamakan ‘Jalan Damai’ ini. Banyak orang mengira bahwa pawai damai ini adalah reaksi terhadap berbagai kekerasan dan perusakan gereja akhir-akhir ini. Namun hal ini dibantah.
"Acara ini sudah kami rencanakan jauh hari sebelumnya. Untuk menegaskan pada semua orang bahwa tidak ada yang boleh menggangung kerukunan antar umat beragama di Indonesia," tegas Ketua Panitia, Pdt. Shephard Supit dari Gereja Rakyat, Sinar Harapan memberitakan.
Di Monas, Gus Dur mengingatkan bahwa berabad-abad sebelum kemerdekaan 1945, Mpu Tantular telah menegaskan semangat Bhineka Tunggal Ika dan hal ini ditegaskan kembali oleh para pendiri republik ini dan di jamin dalam UUD 45. ”Untuk itu UUD 45 melarang penutupan dan perusakan rumah-rumah ibadah dimanapun oleh siapapun,” tegas Gus Dur.
Sudah waktunya, tegas Gus Dur, bangsa ini kembali saling tolong menolong antar suku dan antar agama. "Kita harus melanjutkan kembali kebhinekaan bangsa ini. Karena rakyatlah yang dapat menyelematkan bangsa ini. Kalau rakyat mudah diadu domba maka kita sendiri yang akan hancur," tegasnya lagi.
Pimpinan umat Islam Abu Bakar Ba’asyir, juga menyatakan lewat pesan sms, berupaya agar umat Islam sadar bahwa ada upaya adu domba terhadap umat beragama. Ba’asyir menginstruksikan agar umat Islam jangan termakan dengan adu domba tersebut. "Saya sudah cek ke Jabodetabek dan Jawa Barat tidak ada penutupan gereja, kecuali yang di Bandung. Itu pun rumah toko (ruko) yang dijadikan gereja. Yang benar adalah penjelasan Kapolri dan tidak ada keterlibatan MMI, FPI maupun FUUI. Sepertinya ada adu domba dikalangan umat islam dan nasrani," demikian bunyi SMS Abu Bakar Ba’asyir dari Lembaga Pemasyarakatn Cipinang, Jakarta Timur kepada mantan Ketua PGI, Pdt. Natan Setiabudi.
Next Page: 1 | 2 |
Sandra Pasaribu
|