Gubernur Sumut: Rehabilitasi Nias Berjalan Lambat
Hal itu dikarenakan hingga kini sumber dana dari pemerintah pusat untuk membiayai pembangunan Nias masih belum jelas
Thursday, Jun. 16, 2005 Posted: 9:43:50AM PST

Gubernur Sumatera Utara Tengku Rizal Nurdin mengakui keterlambatan rehabilitasi dan rekonstruksi Nias pascabencana gempa 28 April 2005. Hal itu dikarenakan hingga kini sumber dana dari pemerintah pusat untuk membiayai pembangunan Nias masih belum jelas. Karena itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berinisiatif mengumpulkan perwakilan negara asing dan lembaga donor untuk mempercepat pembiayaan perbaikan Nias tersebut.
"Kalau ada yang bilang rehabilitasi dan rekonstruksi Nias lambat, memang demikian adanya. Tetapi hal itu disebabkan tidak jelasnya sumber pendanaan untuk Nias," kata Rizal Nurdin seusai acara Donor’s Country Summit on Nias Reconstruction, Rabu, 15 Juni yang diberitakan Kompas.
Menurut Rizal, beberapa hari setelah bencana gempa, pemerintah pusat mengalokasikan Rp 2,1 triliun untuk Nias. Namun dana tersebut hingga kini belum cair. "Kami dengar dana itu baru akan cair satu tahun lagi," katanya.
Rizal menambahkan, alokasi dana Rp 2,1 triliun tersebut sebenarnya belum memadai. "Rekonstruksi fisik di Nias minimal butuh dana sedikitnya Rp 4,1 triliun. Kami dengar pemerintah memang tengah merevisi besaran anggaran untuk Nias, tetapi hingga kini belum ada kejelasan. Karena itu, hari ini kami berinisiatif mengundang perwakilan negara-negara asing dan lembaga donor ke Sumut untuk menjajaki kemungkinan pemberian bantuan untuk Nias," katanya.
Di sisi lain, hingga kini jumlah bantuan yang telah diberikan lembaga asing untuk Nias sejak terjadinya bencana juga masih belum jelas. "Bendahara kami masih rapat di Jakarta sehingga saya belum bisa menyampaikan besarannya. Yang jelas, dana yang masuk dan keluar diaudit dan bisa dipertanggungjawabkan," katanya.
Ditemui terpisah, Bupati Nias Binahati Baeha mengatakan, kondisi di Nias hingga kini masih mengenaskan. Ratusan ribu pengungsi masih tinggal di tenda-tenda darurat dengan fasilitas minim. Bahkan, isu terakhir tentang akan adanya gempa besar telah membuat masyarakat panik dan banyak yang tinggal di pegunungan.
Binahati menambahkan, walaupun Nias rawan gempa dan tsunami, pihaknya memastikan tidak akan ada relokasi di Gunung Sitoli karena keterbatasan lahan dan dana. "Kami pastikan tidak akan merelokasi permukiman di Gunung Sitoli. Selain kesulitan lahan, dana untuk merelokasi juga tidak memungkinkan. Kecuali memang kalau ada lembaga yang mendanai," katanya.
Nofem Dini
|