Aksi Solidaritas untuk Tentena Berlangsung di Bundaran HI
Wapres: Adanya "teroris garis keras"
Wednesday, Jun. 1, 2005 Posted: 2:51:53PM PST
|
Aksi solidaritas untuk korban bom Tentena di Jakarta. |
Aksi solidaritas untuk korban bom Tentena, Poso, Sulawesi Tengah diadakan dengan menyalakan lilin bersama. Sejumlah elemen masyarakat meminta pemerintah segera menghentikan semua bentuk kekerasan di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa 31 Mei, 2005.
Acara itu dimaknai sebagai harapan agar dapat berakhir segala tindak kekerasan terhadap kemanusiaan. Dalam aksinya, mereka juga menuntut dan mendesak pemerintah segera menghentikan segala bentuk kekerasan. Pemerintah juga diminta menghukum pelaku kekerasan tanpa diskriminasi.
Korban ledakan bom di Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, telah menewaskan 21 orang, dimana 19 orang adalah umat Kristiani menurut data gereja setempat dan kantor berita Agence France Presse (AFP), dan 77 lainnya luka-luka.
Sementara itu, Wakil Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Polisi Soenarko dalam dialog petang di Liputan 6 SCTV, Selasa, 31 Mei 2005 menyatakan, penyidikan kasus peledakan bom diintensifkan terhadap empat tersangka yang sudah ditangkap. Mereka tertangkap dalam razia di perbatasan Poso dan Parigi Mautong, kemarin.
Menurut Soenarko, salah seorang tersangka adalah Kepala LP Poso, Hasman, yang kedapatan tengah membawa dua narapidana dalam mobilnya. Dari penangkapan itu, polisi menemukan barang bukti, berupa sepucuk senjata api rakitan dan pipa besi saat menggeledah kawasan Lembaga Pemasyarakatan Poso.
Untuk mempercepat pengungkapan, Polri saat ini telah membentuk tim di semua tingkatan wilayah yang akan melibatkan orang-orang berpengalaman di bidang identifikasi, laboratorium forensik, kedokteran forensik, dan olah tempat kejadian perkara.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, "teroris garis keras" kini kembali masuk Poso. Mereka, kata dia, bergabung dengan "pemain lama" di daerah itu.
"Kelompok itu bisa dari Ambon maupun dari Mamasa Sulawesi Barat," kata Kalla kepada di Bandara Udara Mutiara, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu, 29 Mei 2005. Ia menegaskan, pemerintah harus menemukan dan menghentikan kelompok itu.
Ia menyimpulkan adanya "teroris garis keras" setelah melihat dua komunitas muslim dan Kristen di Poso makin mesra. Hubungan kekerabatan dan kekeluargaan kedua komunitas yang sempat bertikai juga ia nilai baik.
"Bahkan, lima hari lalu saya menerima tokoh muslim Poso Ustadz Adnan Arsal dan Sekretaris Umum Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah Pendeta Irianto Kongkoli di kantor saya. Mereka sepakat untuk memperbaiki Poso. Jadi, saya tidak yakin kalau pelaku peledakan bom di Tentena adalah orang Poso."
Sandra Pasaribu
|