Nur Mahmudi Berdiskusi dengan Umat Katolik Depok
”Perbedaan agama bukan hal yang menakutkan untuk tidak diberi kesempatan dalam ikut membangun kota
Tuesday, May. 17, 2005 Posted: 10:09:55PM PST
Calon Wali Kota Depok periode 2005-2010 dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nur Mahmudi Ismail berdiskusi dengan enam Paroki di Hotel Bumi Wiyata Depok, Minggu 15 Mei.
Nur Mahmudi mengatakan, diskusi itu bukan dalam rangka kampanye dirinya, melainkan didasari oleh niat tulus untuk membangun Kota Depok di segala aspek.
”Perbedaan agama bukan hal yang menakutkan untuk tidak diberi kesempatan dalam ikut membangun kota. Saya sambut baik pertemuan ini sebab sangat membantu untuk mengetahui kultur, budaya dan agama di Kota Depok,” ujar Nur Mahmudi Ismail.
Ketua Bidang Organisasi Forum Kerjasama Umat Kristiani Depok (FKUKD) Djoko Suhono menjelaskan, pertemuan beberapa tokoh Katolik di luar gereja itu merupakan langkah awal untuk berdialog lebih lanjut dengan PKS agar umat Katolik lebih banyak mengetahui komitmen, program, misi, dan visi PKS untuk membangun Kota Depok secara langsung.
Ia mengatakan, perlu adanya persamaan visi dan misi mengenai kemanusiaan antar umat, etika kemasyarakatan dan pembangunan seni budaya. Hal tersebut merupakan wujud keperdulian umat Katolik terhadap pembangunan Kota Depok lima tahun ke depan.
Nur Mahmudi mengatakan dari diskusi itu, jika ia terpilih menjadi wali kota Depok, telah mengetahui apa yang harus dilakukan oleh pemerintahannya. Menurutnya, pandangan tentang kemasyarakatan, kemanusiaan, seni dan budaya dapat didiskusikan bersama dengan seluruh pemeluk agama yang ada di Kota Depok guna mendapatkan solusi yang tepat di masyarakat untuk tetap bergandengan tangan dalam kehidupan antar agama.
Menurut Djoko, umat beragama yang ada di Depok perlu adanya kesepakatan untuk mendukung pelaksanaan Pilkada yang aman, damai tanpa ada perpecahan sesama umat yang dapat menimbulkan perbuatan anarkis apalagi sampai berbau SARA. Dia menambahkan, enam Paroki ini memandang moto PKS yang mengutamakan pelayanan publik, kode etik beragama dan pembangunan bersama sangat cocok dengan apa yang sudah dilakukan Paroki, karena hal tersebut merupakan kunci sukses pembangunan di suatu kota.
Sedangkan menurut Nurmahmudi Ismail, dipilihnya tokoh Katolik untuk silatuhrami karena alasan persamaan pandangan tentang kemasyarakatan dan kemanusiaan yang terkait dengan seni dan budaya. Ada juga kesamaan persepsi serta kesamaan visi dan misi untuk menciptakan lingkungan Depok yang bersih, peduli, dan menempatkan semua aparat kota sebagai pelayan warga Depok.
Dia juga ingin agar secara makro PKS dan umat Katolik, bahkan seluruh umat Kristiani termasuk juga unsur Budha dan Hindu tetap berdialog. "Kita memiliki kode etik dan UU saling menghormati umat beragama," kata Nurmahmudi.
Kelompok Katolik yang hadir antara lain dari Kelompok Doa Pembawa Damai, Komunikasi Karyawan Muda Katolik, dan Kepedulian Wanita Muda Katolik.
Sandra Pasaribu
|