Seminar ICRP: Agama Perlu Berfokus pada Isu Nyata Mengatasi Kapitalisme Global
Institusi religius perlu merumuskan pengajaran religius di dalam bahasa yang sederhana dan bisa diterapkan
Thursday, Apr. 7, 2005 Posted: 5:25:39PM PST
Apakah agama masih diperlukan di zaman modern ini? Atau perlukah perannya diambil alih oleh suatu pengakuan yang baru dari-- " kapitalisme moral global"-- di mana aktifis perdagangan adil menggunakan mantra ekonomi untuk meyakinkan bisnis-bisnis besar dari ekonomi global yang tak adil?
Ini adalah salah satu isu yang diutarakan pada suatu seminar mengenai agama dan globalisasi yang diadakan di Jakarta pada tanggal 30 Maret lalu, yang dilaporkan Jakarta Post.
Trisno S. Sutanto dari Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) mengatakan, agama-agama tidak lagi seharusnya menutup mata mereka dan berbalik menulikan telinga kepada negara-negara yang miskin, yang gagal mengambil keuntungan dari globalisasi yang berdasar pada kompetisi.
Ia mengatakan agama tidak lagi seharusnya mengaitkan dengan upacara agama dan doktrin tetapi membuka mata mereka kepada dunia yang berubah dan mengambil suatu peran yang aktif untuk menciptakan perubahan, sehingga dunia menjadi tempat yang lebih aman dan damai untuk hidup didalamnya.
Trisno mengomentari buku kontroversial The Lugano Report: On Preserving Capitalism in the Twenty-first Century dari ekonom Susan George, adalah suatu polemik dalam hal-hal negatif dari globalisasi.
Ia mengatakan, semua agama dan penganut mereka harus bangun dari tidur panjang mereka dan menerjemahkan pengajaran mereka ke dalam kekuasaan yang yang bisa diterapkan dan bekerja untuk menghadapi arus globalisasi yang kuat. Jika tidak, globalisasi akan menjadi suatu agama yang baru dengan neo-liberalism dan kapitalisme sebagai doktrin utamanya, jelasnya.
Menurut Trisno, Susan meramalkan dalam bukunya bahwa separuh dari populasi dunia tidak akan lagi diperlukan sebab pertumbuhan populasi yang tinggi adalah suatu ancaman yang serius bagi kapitalisme global. Pertumbuhan populasi yang cepat pasti akan menyebabkan suatu ketiadaan persediaan bahan baku, merusakkan lingkungan dan memperlemah daya beli konsumen, ungkapnya.
Pdt J.N. Hariyanto S.J. dari ICRP, mengatakan bahwa globalisasi yang berorientasi pasar tidak bisa diacuhkan tetapi agama harus lebih dulu mengambil suatu peran yang aktif dalam mempertahankan fungsi moral mereka.
Francis Wahono, direktur eksekutif dari Yayasan Cindelaras di Yogyakarta, mengatakan institusi religius perlu merumuskan pengajaran religius di dalam bahasa yang sederhana dan bisa diterapkan.
Doktrin religius harus dapat diterapkan di lapangan, jika tidak mereka akan ditinggalkan atau terbelit untuk membenarkan praktek yang tidak bermoral, katanya.
Nofem Dini
|