Bantuan Gereja dan Organisasi Kristiani Ditujukan ke Nias
World Vision merencanakan bantuan jangka panjang untuk pembangunan kembali
Wednesday, Mar. 30, 2005 Posted: 3:34:05PM PST
|
Seorang ayah berjalan bersama ketiga anaknya melewati reruntuhan bangunan yang diakibatkan oleh gempa berkekuatan 8,7 skala richter di Gunung Sitoli, pulau Nias, Indonesia. (Foto: AP) |
Di Indonesia, para anggota staff dari salah satu organisasi bantuan Kristiani dan pengembangan di dunia, World Vision, saat ini memonitori situasi di pulau Nias. Patricio Cuevas, manajer komunikasi untuk World Vision di Banda Aceh mengatakan, gempa itu mengguncangkan bangunan, mematikan listrik dan saluran telepon, dan menyebabkan kepanikan di antara masyarakat.
World Vision, yang telah menolong sekitar 1 juta orang yang selamat dari kejadian tsunami bulan Desember, melaporkan tidak ada anak yang dibantu terpengaruh (tsunami), namun nantinya mereka akan merespon kejadian yang baru terjadi ini.
Sesaat setelah gempa diketahui, kantor internasional World Vision mengumumkan bahwa mereka akan mengirimkan bantuan yang diperlukan untuk populasi yang terpengaruh akibat gempa-tsunami 26 Des selama 90 hari kedepan dan melalui organisasi kemanusiaan, yang berfokus khusus pada anak-anak dan kelompok-kelompok yang rapuh. World Vision juga berencana untuk mengambangkan dan mengimplementasikan program-program yang bertujuan untuk membangun komunitas dan memulihkan serta mengamankan kehidupan.
Dengan program-program pengembangan jangka panjang di India, Sri Lanka, Thailand, Indonesia dan Myanmar, dan kerjasama global yang beroperasi di 100 negara, World Vision telah diposiskan sesuai untuk memobilisasi sumber-sumber dan staff ke area-area yang terkena tsunami. Pada 90 hari sejak 26 Des, World Vision memperkerjakan 175 staff internasional ke wilayah ini dan juga sekitar 900 staff pribumi dan lebih dari 400 sukarelawan pribumi. World Vison juga setuju untuk adanya empat strategi respon yang ditujukan untuk menjawab kebutuhan kritis dari komunitas selama 3-4 tahun mendatang dalam pengenalan akan jumlah dna ukuran dan kedalaman yang dibutuhkan program untuk memulihkan, mempertahankan, menguatkan dan mengembangkan komunitas yang terpengaruh.
Smeentara itu, pekerja-pekerja usaha bantuan Southern Baptist di Indonesia pada tanggal 28 Maret bergabung dengan tim bantuan yang telah mensurvey kerusakan akibat gempa di Nias.
Saat tim bantuan itu berada di Nias, gempa datang. Kemudian mereka keluar dari bangunan yang berguncang dan meninggalkan mobil mereka dan dengan menggunakan sepeda motor mereka berangkat untuk mencapai Gunung Sitoli, kota yang menjadi dilanda kekuatan utama dari gempa. Petugas yang berwenang memperkirakan ratusan tubuh terkubur dibawah bangunan yang runtuh didalam kota itu.
"Gunung Sitoli 80 persen hancur," lapor seorang pekerja Southern Baptist worker di Indonesia. "Setidaknya 350 mayat telah ditemukan. Angka kematian [final] akan lebih banyak dari angka itu."
Tim itu termasuk seorang dokter, pemadam kebakaran, dua teknisi kesehatan darurat dan seorang spesialis penanggulangan bencana. Mereka membawa alat penyelamatan dan persediaan medis dan diharapkan untuk bergabung dengan para pekerja yang sudah ada di Gunung Sitoli. Kendaraan mobil dijadwalkan untuk dikirimkan melalui ferry dari Sumatra pada tanggal 30 Maret.
Christian Freedom International yang berbasis di Virginia, AS, meluncurkan misi belas kasih untuk membantu korban terutama di pulau Nias. Presiden Christian Freedom International Jim Jacobson mengunjungi Nias pada awal bulan ini. Ia mengatakan, "Sejujurnya, mengikuti tsumani pada bulan Desember, kebanyakan bantuan yang berasal dari pemerintah, PBB dan organisasi-oranisasi usaha bantuan pemulihan tidak akan sampai minoritas (umat) Kristiani di Indonesia.
Next Page: 1 | 2 |
Nofem Dini
|