Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja Sulut: Ibadah Jangan Dikaitkan dengan Politik
Manampiring: Sama Saja Melecehkan Gereja
Friday, Mar. 18, 2005 Posted: 1:44:38AM PST
Adanya perseteruan akibat isu adanya pemanfaatan ibadah guna kepentingan politik oleh salah seorang bakal calon Gubernur Sulawesi Utara, ditanggapi oleh Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Sulawesi Utara.
Adanya kegiatan ibadah yang diselenggarakan di rumah Kumtua Wolaang, Kecamatan Langowan Timur, 10 Maret, dinilai sarat muatan politis oleh warga setempat, karena peserta ibadah diwajibkan mengisi daftar hadir. Selain itu, para camat yang hadir diminta menandatangani lembaran dukungan kepada salah satu calon gubernur yang juga sekaligus sebagai penggagas ibadah yakni Brigjen Wenny Warouw.
Ketua Bamag, Pdt Johan Manampiring STh kepada Harian Komentar, 14 Maret, menyatakan, semua bakal calon harus menjaga dan menghormati kemurnian ibadah. “Sebagai tokoh gereja kami sangat menyesalkan adanya tindakan oknum bakal calon gubernur yang memanfaatkan ibadah sebagai sarana mencari dukungan. Karena itu kami menegaskan agar siapa pun, termasuk bakal calon gubernur untuk tetap menjaga kemurnian ibadah,” tegasnya.
Ia menjelaskan, selama ini pihaknya selalu beranggapan bahwa gereja tidak boleh terjebak dalam politik praktis. Pasalnya, tugas dan kewenangan gereja adalah untuk mengayomi semua kepentingan. Dan gereja sangat menghormati kesakralan dan kesucian sebuah ibadah.
“Karena itu sangat tidak dibenarkan apabila ada person gereja yang memanfaatkan kemurnian dan kesakralan ibadah untuk kepentingan politik. Hal itu sama saja dengan melakukan pelecehan terhadap gereja Kristus,” ungkapnya.
Ia menambahkan, dengan menjerumuskan gereja dalam bidang politik maka sama saja dengan memecah belah dan menghancurkan gereja itu sendiri. “Kalau ingin mencari dukungan pakailah momen lain di luar ibadah atau kegiatan gerejawi lainnya. Jagalah kemurnian dan kesakralan ibadah. Lebih baik balon yang telah memanfaatkan kondisi ini untuk lebih menggumulinya dalam doa dan biarlah Tuhan sendiri yang beracara di dalamnya,” pintanya.
Pdt Ferry Manajang ,seorang tokoh agama di Minahasa, mengatakan, sebenarnya aksi tersebut tak pantas dilakukan oleh camat yang ada di Langowan. Menurutnya, ini merupakan pengalaman yang sangat berarti bagi para camat yang ada di Minahasa. Dalam menghadapi suksesi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sulut mendatang, mereka bisa melihat mana yang pantas dihadiri mana yang tidak pantas. Dengan berdalih mengadakan ibadah atau semacamnya, para tim sukses maupun calon gubernur yang akan maju nanti, berlomba-lomba mencari dukungan atau simpatik masyarakat luas. Sehingga semua cara dilakukan sehingga merusak tatanan warga gereja yang selama ini terbangun.
Nofem Dini
|