Sekjen GKPS: Gerakan Peduli Lingkungan Gereja di Pesisir Toba Perlu Dukungan Pemerintah
Kurangnya dukungan pemerintah mengakibatkan dukungan masyarakat juga rendah.
Friday, Mar. 11, 2005 Posted: 2:12:07PM PST
Gerakan pelestarian hutan dan lingkungan pesisir Danau Toba yang dilakukan gereja-gereja di Simalungun perlu mendapat perhatian Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Sumatra Utara dan Pemerintah Kabupaten Simalungun.
Dukungan itu perlu agar gereja-gereja yang memiliki program penyelematan lingkungan melalui unit pelayanan pembangunan tidak ragu-ragu dan terhambat melaksanakan program mereka dalam perbaikan kerusakan lingkungan dan hutan.
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Pdt Martin Rumanja Purba Msi di Jambi baru-baru ini.
Menurut Martin Rumanja, selama ini cukup banyak program penyelamatan lingkungan yang dilaksanakan GKPS di Simalungun yang gagal akibat kurangnya dukungan pemerintah. Kurangnya dukungan pemerintah itu mengakibatkan dukungan masyarakat juga rendah.
"Kurangnya dukungan pemerintah Simalungun nampak dari rendahnya pengamanan kegiatan penghijauan yang dilakukan aparat pemerintah hingga ke tingkat desa. Kemudian pemerintah di tingkat kabupaten, provinsi dan pusat juga kurang mendukung dari segi pemberian izin,"katanya.
Ia mengatakan, salah satu program penyelamatan lingkungan GKPS yang gagal ialah penghijauan di sepanjang jalan lintas Ibukota Simalungun, Pematangsiantar hingga Seribudolok, Kecamatan Silimakuta. Puluhan ribu tanaman mahoni yang ditanam pada sepanjang jalur 75 Km itu tahun 2003 mati semua karena dirusak warga masyarakat.
"Kemudian kita juga membangun hutan doa sekitar 100 hektare dan Salib Doa di bukit Sigiring-giring Haranggaol, September 2003. Namun pembangunan hutan doa dan Salib Kasih yang sudah menelan dana sekitar Rp 100 juta itu kini terhenti karena tidak mendapat izin dari Pemerintah Pusat atau Departemen Kehutanan,"katanya.
Menurutnya, kegagalan-kegagalan penyelamatan lingkungan di Simalungun, khususnya di pesisir Danau Toba tersebut sangat memprihatinkan karena kondisi kerusakan hutan di kawasan resapan air danau itu sudah sangat berat.
"Sebagian besar daerah resapan air di kawasan Danau Toba, khususnya wilayah Simalungun sudah tidak berhutan. Bila hal ini dibiarkan, kerusakan lingkungan di danau itu akan semakin berat. Karena itu GKPS tetap berjuang melakukan penyelamatan lingkungan di daerah ini,"ujarnya.
Martin Rumanja mengatakan, masalah dana tidak menjadi hambatan bagi GKPS untuk melaksanakan program-program penyelamatan lingkungan di Simalungun. Masalahnya cukup banyak mitra GKPS dari dalam dan luar negeri yang bersedia membantu dana penyelamatan lingkungan itu.
"Untuk pembangunan hutan doa dan salib kasih di bukit Haranggaol misalnya, kita sudah mendapatkan dukungan dana miliar dari donatur dalam dan luar negeri. Saat ini kendala pembangunan hutan doa itu hanya izin yang belum ada. Saat ini kita minta minimal dapat izin dari Pemkab Simalungun agar pembangunan hutan doa itu dapat berlanjut,"katanya.
Eva N.
|