Partner WorldHelp di Indonesia Mengatakan Belum Ada Langkah yang Diambil untuk Mengambil 300 Anak
Pemimpin Muslim Memperingatkan Usaha Bantuan dengan " Agenda Terselubung."
Sunday, Jan. 16, 2005 Posted: 8:17:57AM PST
Kelompok misionaris WorldHelp yang berbasis di Virginia, yang mengumumkan pada hari minggu berencana untuk menempatkan 300 anak Muslim yatim piatu karena tsunami di Aceh, tidak pernah ingin memiliki anak-anak tersebut, menurut seorang rohaniwan Kristiani Indonesia yang diidentifikasi sebagai partner lokal organisasi itu.
Henry Lantang, seorang pemimpin Protestan di Manado, mengatakan kelompok itu tidak mengambil langkah apapun untuk memperoleh penjagaan anak-anak tersebut.
Ia mengatakan sesaat setelah bencana 26 Desember, ia membaca di situs berita detik.com, bahwa 300 anak menunggu di bandara Banda Aceh, untuk transportasi ke ibukota. Lantang mengatakan ia kemudian mengirinkam e-mail berisi informasi itu ke Virginia.
" Saya hanya mengatakan itu di e-mail saya. Saya tidak mengatakan kami telah memegang 300 anak itu, " kata Lantang di sebuah interview telepon kepada AP dari rumahnya di Manado.
Teman itu kemudian memberikan informasi ke WorldHelp, yang kemudian menghubungi Lantang, katanya. Selama beberapa hari kemudian, Lantang berkata dia berkorespondensi dengan Eric Vess, seorang petugas WorldHelp, mengirimkan dia sekitar lima e-mail mengenai situasi di Aceh.
" Saya tidak pernah menyebutkan kami telah mengambil 300 anak itu di e-mail saya yang manapun. Saya cukup jelas dalam e-mail saya bahwa kami tidak melakukan apapun, " ingat Lantang. Ia menambahkan ia tidak tahu identitas dari satu anakpun atau asal mereka.
Akhir minggu kemarin, WorldHelp meluncurkan permintaan penggalangan dana mendesak kepada para umat Kristiani evangelikal di Amerika Serikat.
Pdt. Vernon Brewer, presiden dari WorldHelp, mengatakan kepada The Washington Post pada hari Selasa bahwa kelompoknya telah mengumpulkan $70.000 dan berharap untuk mengumpulkan $350.000 lagi. Ia mengatakan bahwa anak-anak itu telah diangkut ke Jakarta dengan seijin dari pemerintah Indonesia, dimana ia mengatakan " secara eksplisit " memberitahukan bahwa anak-anak itu akan dibesarkan di lingkungan Kristiani.
Setelah The Post mempublikasikan sebuah artikel pada hari Kamis mengenai usaha penggalangan dana WorldHelp dan mengutip seorang petugas Indonesia yang mengatakan tidak ijin untuk memindahkan anak-anak itu pernah diberikan, Brewer berkata kepada agen berita bahwa kelompok itu membatalkan rencananya.
Dalam sebuah e-mail kepada para pendukung pada hari Kamis, Brewer mengatakan anak-anak itu tidak pernah dipindahkan. Ia berkata WorldHelp telah merubah isi Websitenya dan menunda permintaan pengalangan dana setelah mempelajari pemerintah Indonesia tidak akan mengijinkan anak-anak itu untuk ditempatkan di sebuah panti asuhan non-Muslim.
E-mail Brewer mengatakan WorldHelp berpikir sudah ada ijin pemerintah karena ada sebuah laporan dari partner utama disini, yang dia identifikasikan sebagai Lantang, dan anaknya Roy.
Tetapi Lantang mengatakan rencana itu belum sejauh itu dan bahwa pihak resmi Indonesia belum pernah dihubungi untuk dimintai ijin.
Lantang mengatakan dia dan anaknya telah membayangkan untuk memindahkan beberapa lusin anak dari Aceh ke Jakarta tetapi kemudian mempelajari bahwa pemerintah telah membatasi berpindahnya anak-anak, sesaat setelah tsunami.
Larangan tersebut sebagian besar untuk mencegah penjual manusia untuk mengambil keuntungan dari situasi dan menjual anak-anak atau memaksa mereka masuk ke pelacuran. Lantang mengatakan anaknya yang sekarang berada di Aceh memutuskan untuk memfokuskan usahanya untuk menyediakan dukungan bantuan kepada korban yang selamat.
Next Page: 1 | 2 |
Nofem Dini
|