Australia Memperingatkan Serangan pada saat Natal
Friday, Dec. 17, 2004 Posted: 1:01:26PM PST
|
Menteri Pertahanan Australia, Robert Hill dan Menteri Juwono Sudarsono pada jumpa pers 17 November, setelah pengumuman kontroversial Australia akan adanya serangan bom di Indonesia menjelang Natal. (Foto: AP/ Dita Alangkara) |
Pemerintah Australia memperingatkan bahwa pihaknya telah menerima laporan-laporan intelijen khusus mengenai ancaman serangan teror dalam waktu dekat di Indonesia. Peringatan ancaman serangan pertama kali disampaikan Pemerintah Australia pada tanggal 15-16 November. Ancaman itu diperbaharui karena kredibilitas informasi yang mereka terima sangat dipercaya.
Pemerintah Inggris dan Amerika Serikat (AS) juga memperingatkan bahwa ancaman teror di Indonesia dan Asia Tenggara umumnya meningkat menjelang perayaan Natal.
Pernyataan resmi Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia menyatakan, " Kami menerima informasi baru yang kredibel bahwa teroris sedang mempersiapkan sebuah serangan dalam waktu dekat di Indonesia, kemungkinan menargetkan Hotel Hilton. "
Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer, ketika berbicara di Papua Nugini, juga meminta warga Australia untuk menjauhi hotel-hotel Barat di Indonesia.
"Kami sangat yakin ini adalah serangan yang sangat berisiko yang bisa terjadi pada perayaan Natal atau Tahun Baru, ini adalah informasi kredibel dari intelijen. Kami tidak mungkin mengabaikan laporan ini," kata Downer.
Serangan terorisme secara simultan terjadi pada perayaan Natal tahun 2000. Beberapa gereja hancur dan 19 orang meninggal dunia. Pada Agustus 2003, 12 orang tewas akibat serangan teroris yang dilancarkan kelompok JI ke Hotel JW Marriott di Jakarta. Serangan teror dahsyat juga terjadi pada 9 September 2004 ke Kedutaan Besar Australia di Kuningan, Jakarta, menewaskan 10 orang.
Ahli pembuat bom JI asal Malaysia, Azahari Husin dan Noordin Mohammad Top - yang dituduh merakit beberapa bom untuk diledakkan di Bali, Hotel Marriott dan Kedutaan Besar Australia - sejauh ini masih berkeliaran dan belum bisa ditangkap.
Sandra N. Natalia
|