Mayjen TNI Supiadin : Masalah Deportasi Tidak Ada Kaitan Dengan Sentimen Agama
Thursday, Dec. 9, 2004 Posted: 7:06:35PM PST
Panglima Kodam IX/ Udayana, Mayjen TNI Supiadin AS dalam wawancaranya dengan kompas pada Rabu, 8 Desember mengatakan bahwa masalah pendeportasian sebanyak 245 WNI dari Timor-Timur jangan dilihat sebagai pengusiran dengan alasan sentimen agama, tetapi murni masalah keimigrasian.
Alasan pendeportasian ini dilatarbelakangi oleh 80 keluarga penduduk Kampung Alor yang tinggal di lingkungan Masjid An-Nur, Kampung Alor, Dili, Timor-Timur , sebelumnya berniat menjadi warga negara Timor- Timur, namun persyaratannya tidak dipenuhi sehingga mereka harus meninggalkan negeri itu.
Departemen luar negeri menolak jika pihaknya tidak mengurusi masalah deportasi ini, karena proses dilakukan secara bertahap dan transparan.
Menurut Deplu, pendeportasian ini dilakukan sebagai bagian dari masalah residual yang merupakan konsekuensi berdirinya negara Timor-Timur.
Saat ini masih ada sekitar 1.600 WNI yang melakukan usaha di Timtim. Mereka tidak dideportasi karena memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku.
Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dan juru bicara para deportan anggota Thariqat Al Mufarridiyyah, Arham, di Jakarta menyebutkan, pada Jumat 10 Desember pukul 16.00, warga yang dideportasi akan dipindahkan dari Jakarta ke Langkat, Sumatera Utara.
Tiga deportan lainnya-seorang yang sedang sakit dan dua pendamping yang kini masih di Rumah Sakit Daerah Sanglah, Bali, akan menyusul. Di Langkat mereka akan ditempatkan di Pesantren Ahli Zikir Al Mufarridun, Tanjung Pura, Langkat, Sumut.
Sekretaris Daerah Kabupaten Langkat, Masri Zein di kantor Gubernur Sumut, Medan mengatakan bahwa tujuan mereka ke Kabupaten Langkat bukanlah untuk mengungsi atau kembali ke kampung halaman, tetapi hanya berziarah. Tidak seorang pun dari mereka berasal dari Langkat sehingga kami tidak akan menyediakan apa-apa untuk menampungnya, termasuk lokasi permukiman baru atau fasilitas lain.
Menurut catatan Departemen Sosial, ke- 245 deportan itu terdiri dari 80 pria dewasa, 68 perempuan dewasa, 46 orang balita, 29 orang anak usia 6-10 tahun, serta 22 orang remaja usia 11-15 tahun. Mereka berasal dari NTT, Jawa, Sumatera, dan juga Timor Timur
Yunita Tjokrodinata
|