Franz Magnis Suseno: Toleransi Antarumat Beragama Luntur Akibat Kekerasan
Umat Kristiani agar dapat menunjukkan semangat dan kedamaian dari Natal
Friday, Dec. 24, 2004 Posted: 9:22:54AM PST
Kelunturan toleransi tercermin dalam peristiwa bom di Palu dan ancaman di rumah-rumah ibadah menjelang perayaan natal sebagai akibat kekerasan serta penindasan yang berulang kali terjadi.
"Salah satu akibat dari begitu banyak kekerasan dan penindasan di masa lampau adalah bahwa toleransi antar umat beragama berkurang, masyarakat secara spontan cenderung menutup diri dan menjadi kurang toleran," kata Franz Magnis Suseno SJ, di Jakarta, 21 Desember.
Menurutnya tersebut keadaan semacam itu memprihatinkan dalam suatu negara majemuk, karena bangsa ini dapat hidup bersama dengan baik kalau ada toleransi. Namun, toleransi antar agama tidak sepenuhnya hilang, bahkan hubungan antara pemimpin agama menjadi lebih akrab dibandingkan sebelumnya.
"Jadi ada juga perkembangan yang positif. Namun kecendrungan untuk bersikap ekslusif, untuk memainkan otot mayoritas terhadap minoritas tanpa memperhatikan hak asasi manusia memang ada," kata Franz.
Menurut dia dalam hal ini pemerintah ditantang. "Pemerintah harus mengembalikan suasana aman," katanya. Ia menambahkan, situasi semacam ini menunjukan bahwa negara Indonesia yang memang belum keluar dari krisis.
"Sebetulnya Natal tetap juga dirayakan dengan khikmat oleh umat Kristiani dan suasana Natal di seluruh negeri ini baik. Tetapi memang ada ancaman, gangguan," ujarnya. Mengenai hal itu, ia mengatakan bahwa gereja tidak dapat berbuat banyak karena bukan gereja yang ada di belakang tindak kekerasan ancaman teror dan lain sebagainya. Terlebih karena umat Kristiani adalah umat yang minoritas.
Jadi harapan ada di tangan pemerintah baru yang ia nilai belum mengambil banyak tindakan yang mengesankan, namun perlu dipahami bahwa itu juga bukan tindakan yang mudah untuk dilakukan dalam kondisi semacam ini.
Dalam perayaan Natal minggu ini Magnis mengatakan yang penting adalah agar umat Kristiani tidak terjerumus di dalam perasaan takut dan terancam, tetapi tetap membuka diri untuk berkomunikasi baik dengan masyarakat juga untuk memancarkan semangat damai dan kebaikan hati Natal itu ke dalam masyarakat.
Yunita Tjokrodinata
|