Pendekatan Uskup Baru Kuatkan Hati Imam Aktivis Yang "Diasingkan"
Thursday, Sep. 16, 2004 Posted: 10:43:23AM PST
MANILA -- Seorang uskup baru di Filipina bagian utara peduli terhadap kelompok-kelompok pinggiran dan memperhatikan karya para imam di keuskupannya. Hal ini meyakinkan seorang misionaris yang terkenal di bidang karya sosial untuk mengadakan kerja sama dengan keuskupan itu.
Uskup Iba Mgr Florentino Lavarias mengadakan pertemuan klerus pertamanya pada 2 September, dua hari setelah penempatannya di Iba. Iba adalah ibukota Propinsi Zambales, 95 kilometer barat laut Manila.
Pada Misa penempatannya, dua hari lalu, uskup berusia 47 tahun itu mengumumkan bahwa ia akan mengunjungi setiap paroki di Iba dan menyempatkan tiga hari bersama setiap pastor untuk mengetahui karya, kebutuhan, dan harapan setiap imam.
Pastor Shay Cullen SSC, pendiri Yayasan Bantuan Pengembangan, Pemberdayaan, dan Pemulihan Masyarakat (PREDA, Peoples Recovery, Empowerment and Development Assistance) mengatakan, ia telah berbicara secara singkat dengan Uskup Lavarias setelah pertemuan klerus itu.
"Anda bisa segera melihat bahwa Uskup Lavarias itu sadar dan peduli terhadap persoalan anak-anak dan perempuan yang diperlakukan secara salah," kata misionaris Columban asal Irlandia itu kepada UCA News dari pusat PREDA di Olongapo City, Zambales.
Sejak didirikan tahun 1974, PREDA telah berkembang menjadi sebuah yayasan untuk melindungi "mereka yang lemah dan tak berdaya, terutama anak-anak dan perempuan yang diperas dalam pekerjaan sebagai tenaga kerja yang hina," terutama dalam pelacuran di sekitar bekas pangkalan militer Amerika Serikat di Olongapo.
Pastor Cullen mengakui bahwa lewat percakapannya dengan uskup baru itu, dia merasa ada suatu "perubahan nyata" dan keterlepasan dari frustrasi selama bertahun-tahun.
Misionaris itu telah bekerja 35 tahun di Olongapo City, tetapi ia menjaga jarak dari Keuskupan Iba empat tahun lalu. Awal tahun 2000, Uskup Deogracias Iniguez, sejak dipindahkan ke sebuah keuskupan lain, dan kebanyakan imam yang bekerja di Iba menyurati Departemen Kehakiman untuk mendesak agar kasus seorang pria Australia berusia 70 tahun yang dihukum karena merusak dua gadis remaja ditinjau ulang.
Uskup Iniguez waktu itu mengatakan kepada UCA News bahwa ia mendukung naik banding setelah kedua anak gadis itu mengakui kesaksian palsu mereka dan mengatakan dalam sebuah pertemuan klerus bahwa Pastor Cullen dan stafnya, yang merawat kedua gadis itu, memaksa mereka untuk berbohong.
Sejak Februari 2000, Pastor Cullen menghindar dari pertemuan-pertemuan klerus. Sejak itu, ia menyurati Uskup Iniquez bahwa ia "terkejut dan heran" bahwa para pejabat Gereja "memberi dukungan dan penghiburan" bagi orang yang dihukum karena merusak anak-anak secara seksual.
Beberapa bulan sebelum naik banding itu diajukan uskup, Pengadilan Banding menegaskan kembali hukuman semula, dengan melihatnya bahwa penarikan kembali kasus itu oleh kedua gadis itu "sangat mungkin dibuat dengan sebuah pertimbangan, yang biasanya berkaitan dengan uang." Tetapi pengadilan rendah menyampaikan bukti baru untuk ditinjau kembali, dan Pastor Cullen mengatakan bahwa pria warga Australia itu akhirnya bebas dengan sejumlah uang jaminan pada 2001. Kejaksaan Agung menurut laporan menentang persidangan ulang itu, dengan menyebut kekurangan bukti baru itu.
Next Page: 1 | 2 | 3 |
|