Tokoh Agama Bentuk Gerakan Nasional Anti-Terorisme
Sebanyak 16 tokoh agama Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Konghucu, Protestan, dan Taois membentuk Gerakan Nasional Anti-Terorisme (GNAT) untuk menanggapi pemboman 1 Oktober di Bali.
Friday, Oct. 7, 2005 Posted: 7:55:36AM PST
Sebanyak 16 tokoh agama Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Konghucu, Protestan, dan Taois membentuk Gerakan Nasional Anti-Terorisme (GNAT) untuk menanggapi pemboman 1 Oktober di Bali. Mereka mengeluarkan pernyataan sikap seusai pertemuan 2 Oktober.
"Kami sebagai umat beragama, bagian integral dari bangsa Indonesia, menyatakan sangat terkejut dan sangat prihatin yang mendalam bahwa di negara yang didasarkan pada Ketuhanan Yang Mahaesa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab masih terus terjadi cara-cara kekerasan yang bertentangan dengan agama dan keberadaban, yang berdampak menyengsarakan dan merusak kehidupan pada seluruh arasnya sebagai karunia Tuhan," kata pernyataan sikap mereka.
Pernyataan sikap itu mengajak semua masyarakat Indonesia untuk berdoa bagi para korban tewas, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban tewas, dan mengungkapkan simpati terhadap para korban cedera. Namun pernyataan sikap itu juga menolak pengaitan pemboman itu dengan agama.
"Mengaitkan peledakan bom ini dengan agama berarti mendiskreditkan agama dan memperparah persoalan, sebab agama dikaruniakan Tuhan sebagai sumber jawaban atas persoalan-persoalan manusia," kata para tokoh agama itu.
Sementara itu, Pastor Antonius Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), mengatakan kepada UCA News 2 Oktober, pemboman itu telah menodai martabat manusia.
Saat menyampaikan belasungkawa dari para uskup kepada para korban tewas dan keluarga yang ditinggalkan, dan mengungkapkan simpati kepada para korban cedera, Pastor Susetyo menyesalkan kekerasan itu sebagai aksi terorisme terhadap kemanusiaan.
Ia mendesak aparat keamanan agar menggunakan teknologi canggih karena teroris nampaknya menggunakan teknologi yang lebih canggih.
Nita Lee
|